Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Brush With Danger: Benarkah Seapik Promonya?

24 November 2015   08:57 Diperbarui: 24 November 2015   11:09 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Poster Film Brush with Danger"][/caption]Sejak penghujung tahun 2014, film Brush with Danger telah bergema di kalangan penggemar film. Yang mencolok dari film ini adalah sutradara dan pemeran utamanya, Livi Zheng, lahir di Jawa Timur, dan filmnya berhasil tayang di berbagai bioskop di Amerika Serikat. Hemmm apakah filmnya seapik seperti promonya?

Terdorong oleh rasa penasaran akan film karya sutradara kelahiran Indonesia, saya pun langsung mendaftar sebagai peserta nobar Komik yang diadakan Sabtu (21/11) di Epicentrum 21. Yang seru acara ini juga dihadiri oleh Livi Zheng.

Sutradara film laga ini rupanya masih muda, baru 25 tahun, dan nampak cantik dengan make up tipis, setelan celana dan blus-blazer hitam dan rambut sebahunya yang digerai. Ia ramah dan rame menanggapi pertanyaan para kompasianer seputar produksi filmnya dan tak menolak diajak berfoto oleh kompasianer dan pengunjung lainnya.

Kehadiran film anak negeri di Holywood memang prestasi tersendiri di kancah perfilman nasional. Prestasi Livi Zheng seolah melengkapi nama-nama seperti Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Joe Taslim yang sukses dengan The Raid dan telah diajak bergabung di film internasional lainnya.

Brush with Danger berkisah tentang kakak beradik Alice dan Ken Qiang yang menjadi imigran gelap di negeri Pam Sam untuk mencoba peruntungan hidup. Bisa selamat di negeri tujuan setelah terkantung-kantung di kapal kargo bagi keduanya sudah luar biasa. Apalagi jika lolos dari razia polisi dan dinas sosial dan kemudian mendapat pekerjaan yang layak agar dapat mengajak ayah mereka untuk tinggal bersama mereka.

Amerika Serikat tidak menawarkan keberuntungan bagi setiap orang. Tidak ada tempat tinggal dan makanan yang layak. Uang simpanan mereka pun dirampas. Alhasil mereka mengambil roti sisa di tong sampah dan mencoba menjual lukisan-lukisan karya Alice.

Sayangnya tidak ada pengunjung yang melirik lukisan Alice. Si adik pun mencoba mengumpulkan uang dengan beratraksi menampilkan ketangkasannya bela diri. Ia mengajak kakaknya bergabung. Hasil atraksi tersebut lumayan.

Cerita lalu bergulir dengan aksi penyelamatan tas milik pemilik kedai burger yang kemudian menjadi sahabat mereka selama di Amerika. Namun pertemuan paling mengubah hidup mereka adalah bersama Justus Sullivan, pemilik galeri lukisan yang mengetahui bakat Alice.

Ia memanjakan kedua kakak beradik tersebut sebelum kemudian meminta Alice melakukan sesuatu tindakan tak terpuji di karya seni, yakni melakukan peniruan lukisan terkenal, dimana motifnya tak disadari oleh Alice. Aksi peniruan lukisan yang melibatkan sindikat penjahat internasional inipun mengancam nasib Alice dan adiknya.

Selama 90 menit saya menonton Brush with Danger saya tidak merasa bosan malah saya merasa durasinya kurang. Kok sudah mau selesai saja. Rasanya masih ingin terus menonton aksi laganya

Ada beberapa catatan saya tentang film ini yang kiranya dapat menjadi kritik membangun untuk peningkatan kualitas film Livi Zheng berikutnya. Mulai segi plot, detail film, kualitas akting, sinematografi, hingga koreografi pertarungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun