Sore itu kereta commuter tidak begitu padat. Setelah sempat berdiri, akhirnya aku bisa duduk nyaman selepas kereta berhenti di Stasiun Manggarai. Asyik banyak yang turun dan transit. Sambil duduk, aku memeriksa peralatanku untuk menyaksikan konser di Pantai Carnaval, Ancol. Tak banyak yang kubawa karena pemeriksaan barang di tas makin ketat. Tak terasa kereta sudah tiba di Stasiun Jakarta Kota. Aku akan transit berganti kereta ke Stasiun Tanjung Priuk.
Semenjak Stasiun Tanjung Priok dibuka, memang  memudahkan penumpang yang hendak bepergian menuju Ancol hingga Tanjung Priok. Rutenya memang pendek dan durasi perjalanan juga tak lama. Meski demikian rute ini dari Kota ke Priok dan sebaliknya itu penting.
Tentang Stasiun Tanjung Priok ini sendiri aku kenalnya dari komunitas Click Kompasiana yang mengadakan acara eksplorasi kapal Pelni di Tanjung Priok dengan turun di Stasiun Tanjung Priok pada tahun 2016. Dari acara tersebut aku jadi tahu rute ini melewati dan turun di Stasiun Ancol.
Dari Stasiun Ancol bisa lanjut jalan kaki, atau naik mikrolet. Atau, jika buru-buru bisa naik ojek online.
Belakangan memang cukup banyak konser dan festival musik yang diselenggarakan di Ancol dan di Jakarta International Stadium, selain di Kemayoran dan di GBK Bung Karno. Oleh karena saya seringnya nonton festival musik dan konser musik rock-metal, maka kegiatan banyak diadakan di Pantai Karnaval, Ancol.
Hanya sayangnya Stasiun Ancol tutup jam 21.00. Alhasil apabila konser selesai lebih malam maka pulangnya lewat Stasiun Jakarta Kota yang masih beroperasi hingga sekitar pukul 23.00 WIB.
Apabila konsernya di GBK Bung Karno, maka lebih mudah lagi. Bisa turun di Stasiun Sudirman dan lanjut dengan TransJakarta. Demikian rute kembalinya.
Mode Transportasi Umum Mulai Terintegrasi dengan Commuter Line
Aku bukan anak kereta yang setiap hari naik Commuter. Aku lumayan sering naik KRL, meski sekarang mulai tergantikan oleh LRT karena Stasiun LRT lebih dekat dibandingkan Stasiun Commuter dari rumah.
Meski bukan pengguna harian Commuter, aku merasai perubahan Commuter ketika namanya lebih dikenal dengan KRL alias kereta rel listrik. Aku masih pernah merasakan naik kereta ekonomi di mana banyak pedagang, pengamen, dan juga penumpang yang berjubel hingga naik atap kereta.