Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perempuan dan Kesehatan Mental Saat Ramadan

13 Maret 2025   22:50 Diperbarui: 13 Maret 2025   22:50 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melakukan jurnaling dan agenda syukur bisa membantu menjaga kesehatan mental (dokpri) 

Aku terjaga hari itu. Masih pukul 02.30 WIB. Belum waktunya kami melakukan sahur. Biasanya kami sahur sekitar pukul tiga lewat. Ketika aku berjalan ke kamar mandi, aku melihat ibu yang nampak sibuk di dapur mempersiapkan sahur. Kuatir bablas sahur apabila aku tidur lagi, maka aku memutuskan membantu ibu menata piring dan gelas di meja. Tugas ibu saat Ramadan rupanya begitu berlimpah.

Dulu waktu masih kecil aku menganggap kegiatan ibu memasak dan lain-lain selama bulan Ramadan itu sesuatu yang wajar dilakukan ibu pada umumnya. Aku hanya membantu sebisanya, itu pun yang ringan, karena ibu memintaku berfokus pada kegiatan sekolah. Baru saat aku dewasa, mulai merantau dan kemudian berumah tangga, aku menyadari betapa beratnya menjadi perempuan, apalagi yang telah berkeluarga pada saat Ramadan.

Ketika masih ngekos, paling tugasku hanya menyiapkan sahur dan buka puasa untuk diriku sendiri. Oleh karena uang bulanan terbatas, maka aku sering masak sendiri.Yang membuat tertekan biasanya ketika bujet untuk belanja mulai menipis.

Baru ketika berkeluarga, aku merasakan betapa beratnya jadi istri. Oleh karenanya aku makin menghargai ibu dan berupaya membantu ketika sedang pulang ke rumah orang tua.

Peran istri dan ibu pada umumnya ketika bulan Ramadan ibarat lari maraton. Selama 30 hari, ia harus bangun lebih awal, menyiapkan makanan sahur, membangunkan seisi rumah untuk sahur, kemudian membersihkan rumah dan belanja. Setelah itu ia juga menyiapkan takjil dan makanan untuk berbuka puasa, beribadah tarawih, demikian seterusnya hingga bulan puasa berakhir.

Banyak yang beranggapan sudah seharusnya istri sekaligus ibu menyiapkan makanan sahur (dokpri) 
Banyak yang beranggapan sudah seharusnya istri sekaligus ibu menyiapkan makanan sahur (dokpri) 

Menjelang lebaran, ibu bakal makin lelah. Ia menyiapkan kue lebaran, menyiapkan baju lebaran untuk anak dan suaminya, menata rumah, menyiapkan tiket mudik dan urusan mudik, dan juga memikirkan angpao untuk dibagikan ke anak-anak di keluarga besarnya. Urusan Ramadan dan lebaran bakal makin kompleks ketika bujetnya tipis atau ketika musim PHK seperti saat ini.

Beban Perempuan dan Kesehatan Mental
Oleh karena budaya patriarki yang kental di berbagai daerah di Indonesia, sangat jarang perempuan yang mendapat bantuan dari pasangannya untuk melakukan berbagai hal pada saat Ramadan dan jelang lebaran. Anak-anak dan suami kerap menganggap hal itu sudah seharusnya, seorang istri dan ibu harus melayani keluarganya.

Perempuan lajang atau menikah bisa melakukan jurnaling, membuat catatan diari dan membuat agenda syukur (dokpri) 
Perempuan lajang atau menikah bisa melakukan jurnaling, membuat catatan diari dan membuat agenda syukur (dokpri) 


Mereka lupa bahwa istri dan ibu juga seorang individu seperti mereka. Istri dan juga ibu juga berhak untuk beribadah dan menikmati  waktu Ramadan seperti mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun