"Dengan ilmu kita menuju kemuliaan," - Ki Hajar Dewantara
Di bangunan depan Perpustakaan Nasional yang terletak di Jalan Merdeka terpajang foto dan kutipan para penggiat literasi. Ada cukup banyak tokoh-tokoh nasional yang masuk dalam penggiat literasi. Ada nama Sukarno, Kartini, dan Ki Hajar Dewantara yang merupakan pahlawan dan tokoh nasional. Kemudian juga ada seniman, sastrawan dan kolomnis seperti Remy Silado, Emha Ainun Najib, Bondan Winarno, Budi Darma, dan Joko Pinurbo.
Yang menarik dari kegiatan menyimak sudut para penggiat literasi adalah membaca kutipannya. Saya memulainya dengan membaca kutipan Ahmad Wahib yang dikenal sebagai pemikir dan pembaharu Islam. Kutipannya menarik karena dikemas dalam bentuk puisi modern.
"Dengan membaca aku melepaskan diri dari kenyataan yaitu kepahitan hidup. Tanpa membaca aku tenggelam sedih." - Ahmad Wahib.
Ya, ya, ya, saya setuju. Buku adalah salah satu sarana hiburan selain memberikan pengetahuan. Ketika membaca komik Wow Poussy karya Peyo, saya bisa langsung tertawa lebar.
Perhatian kemudian teralihkan ke kutipan Budi Darma, seorang sastrawan. Saya punya bukunya yang berjudul Kritikus Adinan. Dalam pojok penggiat literasi ini kutipannya ada dua.
"Pembaca yang baik tidak ingin diperlakukan seperti orang dungu yang perlu dinasihati. Kutipan berikutnya: "Pengarang yang latah tanpa kepekaan, ibarat memancing atau menjaring di kolam mandul," ujar Budi Darma dalam esai sastranya.
Sedangkan kolomnis dan pengulas kuliner yang dikenal dengan jargon maknyusnya, Bondan Winarno, memberikan pesan agar perpustakaan jangan diberikan sepi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!