Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Day Before The Wedding, Sekelumit tentang Cosplayer Kota Tua

18 Januari 2023   13:23 Diperbarui: 18 Januari 2023   19:46 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film menyoroti kehidupan keras kalangan menengah ke bawah (sumber gambar: KlikFilm dalam Berita Majalengka-Pikiran Rakyat) 

Wisata kota tua semakin semarak dengan kehadiran cosplayer. Tak hanya mengenakan kostum ala seragam kompeni dan noni Belanda, kostum mereka makin beragam. Ada yang mengenakan kostum superhero, biarawati, dan kostum unik lainnya. Kisah tentang kehidupan dan problema sekelompok cosplayer kota tua ini dibahas dalam film The Day Before The Wedding.

Film bercerita tentang dua sahabat, Clara (Amanda Rawles) dan Kinan (Della Dartyan) yang mengejar mimpi sambil mencari nafkah sebagai cosplayer. Keduanya biasanya mengenakan gaun pengantin. Clara telah berulang kali melakukan tes seleksi kerja. Ia ingin sekali lolos menjadi pramugrari. Sementara Kinan akan segera menikah dengan kekasihnya, Gerald (Keanu Campora).

Persahabatan mereka diuji ketika Clara mengetahui dirinya hamil. Ia hamil dengan pria yang akan menjadi suami Kinan.

Cerita yang Menarik Hingga Paruh Awal

Paruh awal film ini sungguh menarik. Sang sutradara, Razka Robby Ertanto (Ave Maryam, Jakarta vs Everybody, Cross the Line) jeli menangkap sesuatu yang jarang disentuh film maker. Karakter dengan latar cosplayer sepertinya jarang ditampilkan di film panjang.

Di awal-awal film,  kamera menyoroti kehidupan sekelompok kecil cosplayer, Clara dan tiga kawannya. Mereka kalangan warga biasa, yang harus bekerja setiap hari agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. 

Penonton diajak melihat kehidupan mereka sehari-hari, dari mengenakan kostum dan ber-makeup, lalu  bekerja memenuhi permintaan foto dan video berbayar dari pengunjung, perjalanan menuju tempat tinggal mereka yang sederhana atau ke masjid dengan masih mengenakan kostum.

Film menyoroti kehidupan keras kalangan menengah ke bawah (sumber gambar: KlikFilm dalam Berita Majalengka-Pikiran Rakyat) 
Film menyoroti kehidupan keras kalangan menengah ke bawah (sumber gambar: KlikFilm dalam Berita Majalengka-Pikiran Rakyat) 

Kamera kemudian menyoroti Clara yang menjelajah lorong-lorong pusat perbelanjaan yang menawarkan baju terjangkau. Kemudian bagaimana Clara dan kawan-kawannya kesulitan menaiki tangga kosan yang melingkar dengan kostum mereka, makan bersama dengan lauk sederhana, dan mencuci baju dengan tangan.

Karakter dan latar ceritanya ini banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari. Razka dan Titien Wattimena, yang menulis naskah film ini tidak menyodorkan kehidupan yang glamour dengan rumah mewah dan pekerjaan yang wah, seperti yang jamak dijumpai di film Indonesia, namun keduanya meramu dan menyuguhkan cerita yang lebih riil, bagaimana kerasnya hidup di ibukota dan bagaimana ketatnya persaingan mencari pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun