Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pria Jam Tujuh Malam

17 November 2022   23:46 Diperbarui: 18 November 2022   00:01 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi jam tujuh malam
Telepon akan berdering dan aku akan mengangkatnya
Ia selalu menelpon tiap malam
Aku menyebutnya pria jam tujuh malam

Aku tahu ia hendak melakukan muslihat
Menanamkan kebiasaan
Agar aku terbiasa olehnya
Agar aku terbiasa ditelpon olehnya

Aku tahu ia bermaksud mendekatiku
Dengan cara yang kuno namun banyak berhasil itu
Dengan menelpon tiap jam tujuh selalu
Dimulai dari hari itu dan kini sebulan berlalu

Aku ikut dengan permainannya
Meskipun awalnya aku tak suka ditelpon olehnya
Aku tak pernah merasa berdebar olehnya
Namun lama-lama aku merasa tak keberatan

Sambil mendengar suaranya di seberang
Kubayangkan ia pria yang kusuka
Andai si penelpon orang yang berbeda
Mungkin nada bicaraku bakal berbeda

Ia menanyakan hal yang sama
Ada apa hari ini dan hal ringan lainnya
Aku menjawabnya dengan nada malas
Namun kuceritakan semuanya

Dengannya aku jadi diri yang biasa
Aku tak perlu mengubah citra
Bahkan aku merasa jahat kepadanya
Karena tak ingin tahu tentangnya

Setiap jam tujuh malam
ada telpon darinya
Lima belas menit atau setengah jam kemudian
Ia akan terus memintaku bercerita

Suatu ketika ia lenyap
Kebiasaan itu menguap
Tak ada lagi telpon jam tujuh malam
Aku pun merasa kehilangan

Aku masih tak punya rasa padanya
Namun aku sudah terlanjur nyaman dengan kebiasaannya
Sehari dua hari hingga berhari-hari ia menghilang
Pria jam tujuh malam itu lenyap, aku pun hampa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun