Tak terasa puasa Ramadan sudah memasuki hari ke-20. Ini berarti puasa telah memasuki sepertiga terakhir bulan Ramadan. Sepuluh hari terakhir disebutkan sebagai hari yang berkah dan malam penuh kemuliaan.
Wah ada rasa sedih sebentar lagi Ramadan akan berakhir. Rasanya waktu melaju begitu cepat.
Di grup WAG kompleks lepas Isya beredar penjelasan dan tata tertib itikaf di masjid lingkungan kami. Ada agenda acaranya dari jam untuk ibadah pribadi seperti tilawah membaca Al-Qur'an, berdoa, dan berdzikir, istirahat, dan sahur bersama.
Itikaf menjadi ibadah favorit untuk menggapai Lailatul Qadar, yaitu malam seribu bulan yang  hadir pada 10 hari terakhir Ramadan. Itikaf sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berdiam diri di dalam masjid untuk menjauhkan pikiran dari hal-hal duniawi demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Itikaf banyak dilakukan pada malam ganjil. Namun sebagian ulama mengatakan, itikaf bisa dilakukan selama 10 hari terakhir Ramadan, tanpa perlu membeda-bedakan apakah itu malam ganjil atau malam genap. Hal ini dilandasi alasan karena waktu memulai Ramadan bisa jadi berbeda, seperti yang terjadi pada tahun ini.
Ada juga ulama yang menyatakan itikaf sebenarnya waktunya bisa kapan saja. Bisa siang hari. Tidak harus malam atau dini hari. Yang penting dilakukan saat sepertiga terakhir bulan Ramadan dan tujuannya demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Malam Lailatul Qadar memang malam yang istimewa. Pada malam ini diturunkan Al-Qur'an. Dikisahkan dalam Surat Al Qadar ayat 1-5 bahwa Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan.
Pada malam Lailatul Qadar disebutkan juga para malaikat turun ke dunia atas ijin Tuhan dan memberikan keberkahan pada hamba Allah yang bersungguh-sungguh beribadah. Sejahteralah malam tersebut hingga fajar terbit.
Meski malam Lailatul Qadar hadir pada 10 hari terakhir Ramadan, namun tak ada yang tahu persis kapan ia akan datang. Juga tak semua orang bisa mendapatkannya.
