Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Lemantun", tentang Lemari Warisan Sang Ayah

21 Oktober 2021   09:06 Diperbarui: 21 Oktober 2021   09:06 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wregas Bhanuteja sebelum mengawali debutnya di film panjang, "Penyalin Cahaya", lebih dikenal sebagai sutradara film pendek. Ia mengawali kariernya sebagai sutradara film pendek sejak masih menimba ilmu di Institut Kesenian Jakarta.

Ada delapan film pendek yang telah dihasilkannya hingga saat ini. Yang paling beken adalah "Prenjak" yang berhasil meraih penghargaan khusus di ajang Cannes Film Festival 2016. Lalu juga ada film pendek "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" dan "Lemantun" yang meraup banyak pujian.

Kali ini saya ingin membahas tentang pendek berjudul "Lemantun". Film pendek sepanjang 21 menitan ini telah diunggah Wregas di akun YouTube-nya sejak tahun lalu, sehingga bisa ditonton gratis. Hingga saat ini sudah jutaan orang yang telah menyaksikan film pendek ini.

"Lemantun" adalah bahasa halus dari lemari. Dalam film pendek yang dirilis tahun 2014 ini memang fokus cerita adalah lemari.

Ada lima buah lemari yang dibagikan sang ibu kepada lima anaknya sebagai warisan dari ayahnya. Setiap kali melahirkan, si ayah membelikan hadiah kepada ibu berupa lemari. Kini ia ingin lemari tersebut menjadi milik anak-anaknya yang telah dewasa.

Jarang-jarang kumpuk bareng | sumber gambar: kompas.com
Jarang-jarang kumpuk bareng | sumber gambar: kompas.com
Anak-anaknya telah tumbuh besar dan telah jadi 'orang'. Ada yang menjadi dokter dan tiga lainnya menjadi pengusaha juga pejabat. Keempatnya hidup mapan. Hanya Tri, si anak tengah, yang masih bekerja serabutan. Ia menjual bensin eceran di depan rumah sambil menjaga sang ibu.

Si ibu meminta lemari tersebut segera diangkut. Jika tidak ia memberikan denda Rp100 ribu perhari. Keempat anaknya pun kemudian sibuk memindahkan dan mengangkut lemari.

Menyaksikan film pendek ini ada beberapa pesan yang bisa diambil. Di sini penonton melihat gambaran keluarga yang rukun. Kakak adik nampak gayeng berkumpul di rumah ibunya. Tak ada yang bertengkar perihal lemari mana yang paling baik, semuanya menerima lemari pemberian mendiang ayah dengan senang.

Memang ada yang memamerkan gelarnya. Setiap orang menempelkan lemari dengan memasang nama lengkap dengan gelarnya. Tentang gelar ini memang ada kalangan tertentu yang ingin memajangnya karena merasa bangga dengan pencapaiannya.

Selintas film ini nampak adem ayem, semuanya hepi dengan pemberiannya. Ibu senang lemari telah berpindah dan si anak juga gembira mendapat warisan lemari. Namun benarkah sesederhana itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun