Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Janji Joni" dan Dokumentasi Teknologi Analog Sinema di Indonesia

6 Oktober 2021   22:00 Diperbarui: 6 Oktober 2021   22:03 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profesi pengantar rol film pun punah dengan teknologi digital sinema | sner gambar: facebook.com/Lembaga Sensor Film


Film bisa menjadi dokumentasi situasi pada masa tersebut. Dalam film "Janji Joni" (2005), bukan hanya ceritanya yang asyik disimak, namun juga teknologi sinema pada masa tersebut, yang terbilang usang, apabila dibandingkan dengan teknologi sinema pada masa kini. Di situ penonton bisa melihat teknologi sinema tanah air yang masa itu masih menggunakan teknologi analog.

Dalam film yang dibintangi Nicholas Saputra tersebut, Joni (Nicholas Saputra) dikisahkan memiliki profesi sebagai pengantar roll film. Profesi ini diwarisinya secara turun-temurun. Dan Joni menjalankannya dengan penuh semangat sebagai pekerjaan paruh waktunya, di luar waktu berkuliah.

Dalam cerita Joni yang berlatar awal tahun 2000-an, sebuah film yang sama akan diputar oleh dua bioskop yang berdekatan. Satu film hanya ada satu kopi untuk beberapa bioskop untuk memangkas biaya. Oleh karenanya pada masa tersebut, jadwal film satu bioskop dan bioskop lainnya berbeda satu sama lain karena kopi filmnya bisa jadi dipakai bergantian.

Nah yang bikin situasi lebih kompleks, satu kopi film bisa terdiri dari beberapa roll film. Satu film bisa terdiri dari 3-6 roll film.

Tugas si Joni adalah mengantar roll film tersebut bergantian ke satu bioskop ke bioskop lainnya. Ia bisa beberapa kali mondar-mandir ke satu bioskop ke bioskop lainnya bergantung durasi pemutaran film dan jumlah roll filmnya.

Jika ia tak kunjung membawa roll film ke bioskop kedua, maka layar bioskop akan mulai muncul garis-garis. Jika ia terlambat maka petugas pemutar proyektor bioskop bisa memasang layar berisi permohonan maaf kesalahan teknik, yang bisa berujung mengamuknya penonton.

Dulu pemutaran dengan proyektor dan pita seluloid | sumber gambar: http://degadoo.weebly.com
Dulu pemutaran dengan proyektor dan pita seluloid | sumber gambar: http://degadoo.weebly.com


Wah tugas Joni tidak mudah ya. Ia memastikan pemutaran film berjalan lancar. Film terputus di tengah jalan adalah aib bagi pengantar roll film seperti Joni. Apalagi ia membuat janji dengan gadis cantik yang diperankan Mariana Renata. Ia baru akan memberitahukan namanya bila Joni menepati janjinya untuk mengantar film tepat waktu.

Ok sebentar berbicara dulu tentang film ini. Film ini memiliki jalan cerita yang segar dan memberikan wawasan tentang teknologi sinema masa itu. Akting dan paras tampan Nicholas di sini masih jadi magnet. Di sini ia lebih luwes, karakternya lebih dinamis dan lebih ceria apabila dibandingkan ketika ia berperan sebagai Rangga di AADC.

Abaikan dulu soal jalan ceritanya yang kurang masak akal. Masalah yang bertubi-tubi dialaminya memang jenaka tapi terasa berlebihan, apalagi jika konteksnya berlari dengan waktu. Segala isu masalah sosial coba dimasukkan, agak bikin penat, tapi untungnya lagu-lagu di sini enak didengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun