Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hutan Gelap | Kelanjutan Berlari Bersama Kucing

15 Agustus 2021   22:10 Diperbarui: 15 Agustus 2021   22:12 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nero tak nampak dan hutan di depan nampak tak ramah | sumber gambar: Pinterest/Imgur

Angin mulai dingin menusuk. Aku yang hanya mengenakan kaus dan celana tidur mulai merindukan kamarku yang hangat. Nero, yuk kita pulang saja.

Hutan di depanku nampak lebih rapat dan gelap. Aku mulai gemetar apa yang akan kujumpai apabila aku menapaki hutan di depan. Aku masih sangsi dan diam di tempat. Sedangkan Nero yang telah melesat, sudah tak nampak.

Aku bimbang. Apakah lebih baik aku kembali saja tanpa Nero, berbalik ke jalan yang telah kulalui. Hutan di depan nampaknya tak ramah.

Nero. Alasanku melakukan perjalanan ini karena Nero. Sudah berhari-hari aku merindukannya.Kini Nero mengajakku melakukan perjalanan. Sebenarnya aku hanya engkau, Nero. Memelukku atau kau duduk di pangkuanku sambil mendengkur, seperti dulu.

Aku merindukanmu Nero. Aku hanya ingin membaca dan kau berbaring di lantai dengan bersandar di kakiku. Itu saja. 

Aku tak menginginkan petualangan ini. Ya, yang tadi itu menyenangkan. Namun, untuk saat ini aku hanya ingin kita berdua pulang, Nero.

Nero tak nampak di mana-mana. Cahaya semakin suram. Hanya ada sedikit cahaya dari bintang. 

Aku kembali menengok ke belakang. Hutan yang indah di belakangku mulai nampak samar-samar. Ada kabut yang mulai datang dari belakang. Sepertinya aku memang harus berjalan melalui hutan gelap di depan.

Aku tak membawa senter. Aku hanya bisa mengandalkan sedikit cahaya dari bintang. Entah apakah cahaya tersebut bisa menerobos pepohonan yang rimbun. 

Jantungku berdebar. Kuambil ranting pohon yang kutemukan di dekatku. Buat berjaga-jaga. Aku tak tahu apa yang bakal kutemui di depan. 

Tanpa Nero, aku merasa sendiri. Selama dalam perjalanan aku begitu gembira dan tenang bersama Nero. Perasaanku meluap ketika berlari bersama Nero tadi. Bahkan aku begitu senang ketika Nero mengajak singgah ke rumah para boneka tadi. 

Tapi ke mana dia? Kenapa Kamu tega meninggalkanku di sini Nero?

Aku ingin menangis. Aku telah memasuki hutan yang rimbun. Sepi. Hanya ada riuh suara angin dan derak ranting. Jantungku makin berdegup. Apakah ini hanya mimpi buruk?

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun