Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"A Quiet Place Part 2", Teror Sunyi Makin Mencekam

27 Mei 2021   08:40 Diperbarui: 28 Mei 2021   21:14 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Noah Jupe, Millicent Simmonds, dan Emily Blunt dalam A Quiet Place Part II. (Sumber: IMDB via Kompas.com)

"The people that are left, they're not the kind of people worth saving." - Emmett

Teror sunyi masih terus berlanjut. Kali ini tingkat ancamannya naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi ketika keluarga Abbott memutuskan untuk keluar dari rumah sejak alien mulai menyerang mereka. Putri mereka, Regan, ingin berbuat sesuatu bagi manusia lewat penemuan mendiang ayahnya.

Hari tersebut tercatat lebih dari setahun sejak serangan alien. Mereka monster yang sangat sensitif terhadap suara dan sulit dimusnahkan.

Jalanan itu sepi. Di jalan setapak yang biasa mereka lalui sudah ada pasir untuk meredam langkah mereka. Namun kali ini mereka berempat, sang ibu (Emily Blunt) dan ketiga anaknya, Regan (Millicent Simmonds), Marcus (Noah Jupe) dan si bayi memutuskan untuk berpindah.

Meski mereka berjalan dengan kaki telanjang dan penuh kehati-hatian, namun ada saat-saat mereka mengalami nasib naas. Nasib mereka sudah di ujung tanduk sebelum muncul seseorang menyelamatkan mereka.

Tapi ancaman itu bukanlah menyurut. Apalagi ketika Regan bersikeras untuk mencoba menolong umat manusia, memberikan harapan.

Jangan bersuara karena ancaman maut akan datang (sumber gambar: Rottentomatoes/Paramount Pictures)
Jangan bersuara karena ancaman maut akan datang (sumber gambar: Rottentomatoes/Paramount Pictures)
Bioskop Penuh, Penonton Membludak

Film "A Quiet Place Part 2" termasuk film yang ditunggu-tunggu pada tahun 2020. Meski mengalami penundaan tayang hingga ketiga kalinya, film ini rupanya tetap disambut antusias. Hampir seluruh show di bioskop-bioskop Jabodetabek penuh oleh penonton, hingga di kursi terdepan, namun tentunya tetap dengan kursi yang masih berjarak.

Baru kali ini aku merasai keantusiasan yang begitu tinggi untuk menyaksikan film di bioskop pada masa pandemi. Aku juga mungkin gagal dapat tiket, seandainya beli langsung di counter. Adanya penawaran presale sejak beberapa hari sebelumnya juga membuat tiket cepat habis.

Film "A Quiet Place" sejak film pertamanya yang dirilis tahun 2018 memang menarik perhatian penonton. Mereka punya premis yang menarik. Meski film bertemakan alien sudah begitu banyak tapi mereka memberikan sesuatu yang berbeda, yaitu fokus di keheningan. Bersuara berarti mati, karena suara akan menarik perhatian alien yang mematikan.

Ancaman Naik ke Level Lebih Tinggi

Harus berjalan dengan keheningan (sumber: slashfilm/Paramount Pictures)
Harus berjalan dengan keheningan (sumber: slashfilm/Paramount Pictures)
Dalam film kedua ini penonton diberikan bonus berupa flashback kejadian awal serangan alien tersebut. Penonton jadinya lebih paham dengan alasan tak terlihat banyak penyintas di film pertama dan alasan keluarga Abbott begitu takut membuat suara.

Apabila dalam film pertama kita lebih banyak diperlihatkan aktivitas keseharian keluarga Abbott dalam rumah terpencil milik mereka, maka pada film sekuelnya ini kita diperlihatkan dengan ancaman yang lebih tinggi.

Penonton akan diajak merasai bagaimana aktivitas yang sebenarnya biasa saja pada kehidupan sehari-hari jadi terasa begitu mencekam. Berbicara normal saja begitu sulit, melangkah pun harus ekstra hati-hati.

Rasa sunyi yang mencekam ini membuat penonton di studio juga sepertinya menahan diri untuk tidak banyak bersuara. Seisi studio juga terasa sepi, hampir tak terdengar suara mengunyah pop corn atau menyeluruput minuman.

Nuansa yang sunyi ini jadinya terasa kontras dengan suara bebunyian lainnya dalam film, seperti suara hewan, desir angin, bunyi derit dan skoring untuk adegan-adegan yang menegangkan. Salut untuk divisi tata suara dan musik yang mampu menciptakan suara dan musik untuk mempertebal suasana yang mencekam.

Nuansa sunyi jadi terasa begitu mencekam (sumber gambar: rottentomatoes/paramount pictures)
Nuansa sunyi jadi terasa begitu mencekam (sumber gambar: rottentomatoes/paramount pictures)

Gambar-gambar yang dihasilkan dengan jenis kamera tertentu, termasuk kamera 35 mm berhasil menghadirkan gambar yang sinematik. Film ini jenis horor thriller, namun juga nampak indah dan seperti nostalgia di beberapa adegan. Ketika kamera mengikuti pergerakan tokoh, ia berhasil membuat penonton bersiap-siap untuk merasai tensi ketegangan.

Karakter tokoh film yang naskahnya ditulis dan disutradarai oleh John Krasinki ini juga berkembang. Karakter Regan dan Marcus mulai dieksplorasi. Peranan mereka di film ini signifikan.

Dari performa akting, Millicent Simmonds mencuri perhatian berkat perannya juga yang makin signifikan. Cillian Murphy ("Trilogi Batman", "Peaky Blinders", "Red Eye") juga tampil menonjol sebagai Emmett, sahabat lama keluarga Abbott. Sayangnya Djimon Hounsou, hanya tampil sekilas jadinya menyia-nyiakan potensinya.

"Silence is Not Enough".
Akting dan penokohan: 8/10
Sinematografi: 8/10
Tata suara dan skoring: 8.5/10
Cerita: 7.5/10
Skor rata-rata: 8/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun