Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Penelitian Musik Dunia Bisa Berkiblat ke Candi Borobudur

16 Mei 2021   00:13 Diperbarui: 16 Mei 2021   00:29 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia kaya akan musik etnik dan rupanya sejak dulu adalah negeri full music (dokpri)

World music (musik dunia) adalah salah satu genre musik yang kurang begitu populer. Genre ini terdiri atas beragam jenis musik, dari musik tradisional, kontemporer, hingga musik yang menggabungkan berbagai musik tradisional. Ketika mendengar lagu-lagu dalam Sound of Borobudur, aku langsung berpikir musik ini akan memberikan angin segar dan dinamika dalam musik dunia.

Sungguh menarik mempelajari genre musik dunia. Musik dunia itu begitu kaya. Setiap kawasan, setiap daerah rata-rata memiliki seni bermusik tersendiri, baik dari teknik bernyanyi, lagu-lagunya, maupun instrumen alat musiknya.

Sekitar tahun 2012 aku pernah bergabung dalam kursus daring yang diadakan Coursera. Judulnya dan deskripsi kursusnya menggugah rasa penasaran "Listening to World Music". Kursus ini diajarkan oleh Carol Mulker, seorang Profesor musik dari Universitas Pennsylvania. Kursus ini sudah beberapa lama tidak pernah diadakan lagi.

Kursus daring ini menarik. Ia memberikan wawasan seputar musik tradisional dan keterkaitannya dengan situasi kondisi daerah tersebut, kultur, dan juga politik. Ada ilmu tentang musik Pygmy, musik Aborigin, teknik bernyanyi bangsa Mongolia yang unik, gaya bernyanyi suku-suku di Afrika Tengah yang menarik dan lain-lain. Kajian musik yang bergizi, sayangnya tidak ada sama sekali bahasan musik etnik dari Indonesia.

Mengapa? Apakah musik etnik Indonesia kurang beken atau memang kurang bahan kajian pustakanya?

Mungkin jawabannya pada yang nomor dua. Kajian dan penelitian tentang musik etnik di Indonesia masih terbatas, apabila dibandingkan dengan penelitian di bidang seni lainnya. Melihat dari koleksi pustaka dan penelitian di Google Scholar maupun database pencarian terintegrasi Universitas Indonesia, penelitian yang khusus membahas tentang musik etnik dan sejarahnya masih belum begitu banyak. Penelitian yang berbahasa Inggris pun sebagian ditulis peneliti asing.

Oleh karenanya ketika melihat program Sound of Borobodur yang diinisiasi sejak tahun 2016, aku merasa senang. Dalam beberapa waktu ke depan Indonesia bisa disorot sebagai pusat musik dunia. Bahkan bisa jadi Borobudur menjadi kiblat penelitian musik dunia karena alat-alat musik yang terekam dalam relief tersebut masih digunakan hingga saat ini di 34 provinsi dan 40 negara.

Aku membayangkan bagaimana instrumen musik yang terwujud dari relief dinding Candi Borobudur bisa memengaruhi sejarah seni dan budaya, baik di Indonesia sendiri maupun di dunia. Ya seni musik bukan hanya tentang kesenian dan hiburan. Ia multiaspek, bisa memengaruhi sosial budaya, religi, dan politik.

Relief Candi Borobudur menampilkan alat musik mirip dengan yang ada di Uganda (sumber: Youtube.com/Sound of Borobudur)
Relief Candi Borobudur menampilkan alat musik mirip dengan yang ada di Uganda (sumber: Youtube.com/Sound of Borobudur)

Apa Itu Sound of Borobudur?
Sound of Borobudur adalah program yang diinisasi Trie Utami, Dewa Budjana dan para seniman musik dari Jaringan Kampung Nusantara untuk menghidupkan kembali alat-alat musik yang terdokumentasi dalam relief Candi Borobudur.

Ini sebenarnya bukan penemuan baru. Sebelumnya juga pernah diadakan penelitian tentang relief alat musik di Candi Borobudur oleh Jaap Kunst, P.E.J. Ferdinandus dkk, namun sayangnya hasil penelitian entah kenapa belum banyak disebarluaskan dan belum ada replikanya.

Trie Utami dan kawan-kawan seniman awalnya tertarik untuk membuat replika dari relief dinding Candi Borobudur untuk pertunjukan Cultural Fest pada tahun 2016. Mereka terpesona melihat begitu aneka rupanya alat musik yang tergambar di relief Candi Borobudur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun