Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Doa Niat Berpuasa Ramadan yang Ada Versi Boso Jowo-nya

28 April 2021   22:21 Diperbarui: 28 April 2021   22:58 3645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa disarankan untuk diperbanyak pada bulan suci ini (sumber gambar: Merdeka)

Setelah melakukan sholat tarawih dan menjelang tidur, Ibu biasanya membimbing kami membaca doa niat berpuasa Ramadan. Saat itu kami masih kecil dan berupaya menghafalkan doanya. Ibu pun melafalkannya dalam dua bahasa.

Yang pertama ibu mengucapkan potongan-potongan doa niat berpuasa yang kemudian kami ikuti itu dalam bahasa Arab.

Doa niat berpuasa (sumber: Tribunnews/dari www.kembar.pro)
Doa niat berpuasa (sumber: Tribunnews/dari www.kembar.pro)

"Nawaitu shouma godhin 'an adaa'i, fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillahi ta'aala"

Dalam bahasa Indonesia, doa niat berpuasa ini diterjemahkan sebagai berikut "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu (wajib) pada bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'aala.

Lalu ibu melafalkannya dalam bahasa Jawa yang juga kemudian kami ikuti. "Niat insun poso ing dina sesuk saking anekani fedhune wulan Romadhon taun iki, kerono Allah Ta'aala."

Kupikir Ibu menggunakan dua versi bacaan doa ini agar kami anak-anaknya juga ingat bahasa daerah kami. Dan setahuku jarang-jarang doa yang juga memiliki versi bahasa Jawanya.

Tapi ternyata bukan hanya Ibu yang tahu doa niat puasa dalam bahasa Jawa, nenek yang pernah masuk sekolah pesantren ketika masih kecil, juga tak asing dengan niat puasa dalam bahasa Jawa. Ia juga tahu doa-doa lainnya yang juga memiliki versi bahasa Jawa.

Yang penting tahu makna dari doa-doa yang kita baca, agar lebih meresap dan paham apa yang sedang kita panjatkan ke Tuhan. Aku lupa persisnya siapa yang pernah menyampaikan ini di sebuah acara pesantren kilat.

Doa niat berpuasa Ramadan tersebut yang menarik perhatianku adalah penggunaan kata "ingsun". Niat ingsun dimaknakan 'saya berniat'. Ingsun merujuk pada kata 'aku' untuk tingkatan bahasa yang halus dan memiliki tingkatan tinggi.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengganti kata 'aku' dalam bahasa yang lebih halus adalah 'kula'. Pengganti kata aku lainnya adalah 'abdi', 'dalem', dan 'kawula. Kata 'ingsun' jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari.

Dari hasil pengembaraan digital, kata 'ingsun' tidak bisa dipakai sembarangan. Ia biasanya digunakan oleh kalangan elit dan untuk keperluan spiritual, berdoa kepada Tuhan. Maknanya ternyata lebih pelik dari yang kuduga. Menarik.

Di masjid dekat rumah masa kecilku, juga biasanya selepas sholat Witir dan pembacaan doa-doa, biasanya juga ditutup dengan doa niat puasa Ramadan. Memang sih doa niat puasa ini bisa cuma dibacakan sekali saat menjelang puasa hari pertama, tapi juga tidak apa-apa dibaca tiap harinya.

Dan, yang membuatku tersenyum, Imam sholat juga membacakan doanya dalam bahasa Jawa, setelah membacakannya dalam versi bahasa Arab. Doanya sama persis seperti yang diajarkan oleh Ibu.

Entah kenapa doa niat puasa ini menurutku paling berkesan dan terasa sekali nuansa Ramadannya. Kadang-kadang aku heran kenapa Ibu tidak mengajarkan doa berbuka puasa dalam versi bahasa Jawa. Apa memang tidak ada atau kurang lazim ya.

Sebenarnya masih banyak ayat-ayat Al-Quran, doa-doa dan hadits yang berkaitan dengan Ramadan yang berkesan. Seperti surat Al-Baqarah ayat 183 yang berisikan perintah untuk menunaikan ibadah puasa Ramadan dan ayat 184 tentang mereka yang berhalangan berpuasa Ramadan karena sakit atau dalam perjalanan sehingga harus menggantinya di lain waktu atau membayar fidyah bagi yang kesulitan melakukannya.

Untuk hadits berkaitan dengan Ramadan, aku paling ingat akan hadits tentang setan yang dibelenggu.

Hadits tentang setan yang dibelenggu (sumber gambar: iNews.id)
Hadits tentang setan yang dibelenggu (sumber gambar: iNews.id)
Hadits yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari dan Muslim ini berisikan bahwa pintu surga dibuka selama Ramadan. Sebaliknya dengan pintu neraka, ia tertutup. Setan-setan pun ikut dibelenggu.

Karena hadits ini maka aku tak takut untuk sholat malam ataupun menyiapkan sahur di dapur sendirian waktu masih kecil dan tinggal di kosan semasa kuliah pada bulan Ramadan. Tapi kemudian aku bertanya-tanya dan ikut berdiskusi dengan teman-teman, kenapa masih ada rasa malas beribadah dan iri hati semasa Ramadan, apakah setan berupa nafsu dalam diri kita tak ikut terbelenggu? Bisa jadi sih. Setan yang berwujud dan setan dalam bentuk nafsu itu mungkin entitas berbeda.

Omong-omong adakah doa yang umumnya juga dibacakan dalam versi bahasa daerah di tempat kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun