Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Peringatan Hari Film Nasional, Industri Film Nasional Masih Belum Baik-baik Saja

30 Maret 2021   08:59 Diperbarui: 30 Maret 2021   11:34 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film-film impor mendominasi bioskop-bioskop di kota, seperti di bioskop Atrium 21 yang merupakan bioskop kembar delapan di kawasan Solo Baru, Solo. Film Indonesia mengambil tempat di bioskop-bioskop di desa-desa, dengan jenis film biasanya kekerasan dan mistik (Sumber: MARSELLI via entertainment.kompas.com)

Sabtu malam aku memutuskan singgah ke bioskop seusai bergantian berjaga di rumah sakit. Bioskop di pusat kota Malang itu baru buka awal Maret. Sepi, penonton segelintir meski saat itu akhir pekan. Padahal harga tiket turun dan protokol kesehatan diterapkan.

Di bioskop lain yang usianya sudah cukup tua - masih di kota Malang, aku tertarik menonton pada hari biasa. Malam hari. Setelah bioskop kembali ditutup jelang tahun baru, bioskop di Malang rata-rata baru buka akhir Februari dan awal Maret. Bioskop tua ini termasuk yang lebih dulu buka di kota Malang. Mereka memutuskan buka pada akhir Februari.

Aku tertegun ketika di akhir pemutaran, penyobek karcis dan satpam masuk ke studio berjajar rapi di dekat pintu keluar. Mereka mengucapkan terima kasih kepada para penonton, seperti awak pesawat. Aku terharu.

Kembali ke Jakarta, sudah sekian bulan bioskop XXI di Cijantung kembali tutup setelah sempat buka beberapa saat. Seingatku bioskop tersebut buka pada saat film "Wonder Woman 84" tayang meski jumlah penonton masih tak seberapa.

Entah apa alasannya bioskop tersebut kembali tutup. Mungkin pemasukannya belum sebanding bila dibandingkan biaya operasionalnya. Kubaca di CNBC Indonesia sudah ada sembilan bioskop yang memutuskan kembali tutup karena tekor.

Industri film nasional belum baik-baik saja hingga hari ini, pada peringatan Hari Film Nasional. Dampak pandemi begitu besar ke bisnis hiburan. 

Masih banyak masyarakat yang was-was terpapar virus di dalam ruangan tertutup meski protokol kesehatan dijalankan ketat.

Industri Film Nasional Terus Mencoba Bertahan
Industri film itu sebuah ekosistem yang besar. Ada rumah produksi film, distributor film, dan bioskop (baik konvensional maupun alternatif, serta platform streaming.

Di dalam rumah produksi ada begitu banyak pekerja film, dari sutradara, aktor dan aktris, penulis naskah, divisi tata cahaya, divisi tata makeup dan rambut, divisi kostum, divisi musik, divisi editing, divisi transportasi dan akomodasi, dan masih banyak lagi.

Di bioskop sendiri ada berbagai karyawan. Dari bagian depan yang mengurus tiket, konsumsi, keamanan, penyobek tiket, hingga bagian administrasi dan pemutar film.

Ya, ada begitu banyak yang terdampak ketika syuting yang melibatkan kerumunan orang dilarang dan ketika bioskop tutup berbulan-bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun