Cerita jamu masih sekadar aksesoris, ia kurang tereksplorasi. Akan lebih bagus apabila seandainya unsur jamu ini diperkuat, dari bahan, jenis-jenis jamu dan khasiatnya, serta cara mengolahnya. Jamu di sini baru secuil, ibaratnya masih seperti pembukaan bab, belum masuk ke bagian bab dan subbab yang lebih dalam.
Dari segi akting rasanya biasa saja, beberapa pemeran masih agak kaku. Yang nampak luwes adalah pemeran ayah Sarmin dan ayah Cipto.
Pengambilan gambar yang menarik di bagian awal cerita, yang menyorot danau yang memang menjadi bagian yang terkenal di Wonogiri. Kamera yang bergerak menampilkan pabrik jamu dan pekerjanya juga memberikan pengalaman visual yang menarik bagi penonton.
Dialog-dialognya sebagian menggunakan bahasa Jawa. Beberapa dialognya mengundang tawa, seperti cara Wakijan membacakan komik gareng petruk untuk mereka, juga bagaimana Pak Timbul, ayah Cipto, bercerita kondisi Jakarta lalu membagikan sarden, yang masa itu belum jamak ditemui di desa tersebut.
Oh iya dikisahkan Pak Timbul berjualan bakso Wonogiri di Jakarta. Bakso Wonogiri memang dikenal enak dan punya ciri khas dengan kuahnya yang dibuat dari rebusan tulang sapi dan penyajian baksonya yang dilengkapi dengan sawi dan mie.
Terakhir yang berkesan dalam film produksi Pustekkom Kemendikbud ini adalah tembang soundtrack-nya. Salah satu tembangnya berjudul "Persahabatan" yang dibawakan oleh Cindy berhasil menguatkan pesan persahabatan dalam film ini.