Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berinvestasi di Surat Berharga Negara, Ikut Berpartisipasi Jaga Stabilitas Sistem Keuangan

31 Agustus 2020   10:09 Diperbarui: 31 Agustus 2020   10:09 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat berharga negara digunakan salah satunya untuk pembangunan infrastruktur (sumber gambar: Kompas)

Jumat siang (28/8) ada pesan menarik yang masuk ke kotak pesan SMS dan e-mail. Dua-duanya memiliki pesan yang sama, informasi tentang penawaran sukuk ritel. Seri SR013. Mataku langsung berbinar. Waktunya berinvestasi lagi dalam masa pandemi.

Selama pandemi terhitung ketiga kalinya aku berinvestasi di surat berharga negara (SBN). Ada sejumlah alasan aku memilih berinvestasi di surat berharga negara seperti obligasi ritel, sukuk ritel, sukuk tabungan, dan savings bond ritel (SBR). Alasan utamanya nominal minimalnya termasuk relatif kecil, apalagi jika dibandingkan deposito. Aku bisa berinvestasi mulai dari Rp 1 juta di surat berharga negara ini.

Sedikit demi sedikit lama-kelamaan menjadi bukit. Prinsip menabung ini masih kupegang. Memang saat ini pandemi dan pendapatan tidak seperti dulu. 

Namun karena pandemi inilah aku kemudian tersadar akan sesuatu yang penting, yaitu memiliki investasi dan dana darurat. Memang tidak banyak yang bisa kusisihkan untuk berinvestasi sehingga aku pun memilah-milah, sesuai profil investasiku yang moderat. Pastinya investasi tersebut juga telah mendapat persetujuan dan dimonitor oleh OJK, dikelola dengan baik, dan juga transparan dalam informasi tingkat risikonya.

Obligasi adalah produk keuangan yang kukenal dengan baik selama dua tahun terakhir ini. Produk investasi ini merupakan surat utang  yang diterbitkan pemerintah dengan jangka waktu tertentu. Dulunya aku juga pernah memilikinya. Tapi pada masa dulu nilai minimalnya lumayan tinggi, yaitu minimal Rp 5 juta. 

Aku kemudian mulai kembali berinvestasi di produk keuangan ini ketika persyaratannya makin memudahkan masyarakat turut berinvestasi, yaitu minimal Rp 1 juta dan proses pemesanan juga pembayarannya mudah. Rata-rata durasi penyimpanannya 2-3 tahun. Ada begitu banyak bank, semua bank pemerintah dan bank swasta, serta lembaga keuangan yang ditunjuk dan diawasi OJK yang melayani pemesanan dan pembayarannya.

Meskipun nilai dari produk keuangan ini kecil, mereka yang berinvestasi di surat berharga negara ikut terlibat dalam pembangunan nasional, juga menjaga stabilitas sistem keuangan negara dan agar makroprudensial aman terjaga. Lho kok bisa? 

Ya, karena dana yang dihimpun oleh pemerintah dari masyarakat lewat sukuk ataupun obligasi ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan nasional dan memenuhi kebutuhan dalam negeri yang bersifat produktif. Dengan adanya proyek-proyek pembangunan ini maka terjadi laju pertukaran uang, membuka lapangan pekerjaan, dan sebagainya sehingga turut menjaga stabilitas sistem keuangan negara dan agar makroprudensial aman terjaga.

Memang sih imbal hasil dari surat berharga negara SR013 ini kecil jika dibandingkan SBN sebelumnya. Yakni hanya berkisar 6.05%. Namun besaran bunga ini masih lebih besar dibandingkan  rata-rata bunga deposito saat ini. Ya, saat ini masa pandemi, sehingga bisa dimaklumi. Yang penting, dana simpanan bisa aman, nambah sedikit-sedikit, dan ikut berkontribusi ke pembangunan.

Duit yang ditabung di celengan pada waktu tertentu bisa disetor ke bank agar lebih aman (dokpri)
Duit yang ditabung di celengan pada waktu tertentu bisa disetor ke bank agar lebih aman (dokpri)
Memiiki dan Memanfaatkan Produk Keuangan Juga Turut Berkontribusi

Sebenarnya bukan hanya surat berharga negara sebagai produk keuangan yang membantu berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun