Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Era Tidak Pasti Dihadapi dengan Peduli, Adaptif, dan Kreatif

30 Juni 2020   23:54 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:44 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada masa pandemi ini aku jadi punya waktu lebih untuk membaca buku agar kemampuan menulis terus bertambah, siapa tahu bisa bikin buku nantinya (dokpri)

"Mulai besok kita bekerja penuh dari rumah," kata kawanku membacakan edaran dari atasan. Kami yang sedang menatap layar komputer, kontan berbalik menatap dirinya. Aku tercenung, rupanya pandemi telah berimbas ke tempat kami bekerja. Itu kejadian tiga bulan yang lalu dan hingga kini kami masih tetap bekerja di rumah.

Tak ada yang menyangka pandemi Covid-19 berdampak seluas ini dan begitu drastis. Efeknya menyentuh banyak kalangan, sulit dihindari.

Korban yang menderita Covid-19 semakin banyak, sehingga kemudian dilalukan pembatasan sosial berskala besar. Pada masa-masa inilah yang menurutku paling sulit, hoaks banyak beredar di grup-grup percakapan menimbulkan kepanikan, ada yang sampai memborong bahan makanan pokok, antrian panjang di apotek membeli vitamin ini dan itu, juga kabar masker yang sulit dicari di mana-mana. Mereka dilanda kepanikan. Aku memutuskan tidak terbawa.

Jangan panik, kataku menenangkan diriku dan pasangan. Kita belanja secukupnya saja. Duit yang ada kita simpan, tidak perlu dihabiskan untuk membeli banyak masker, vitamin, atau menimbun makanan pokok.

Kami membeli masker kain secukupnya. Suplemen kami ganti dengan buah-buahan dan sayur-sayuran yang segar. Lebih enak dan lebih hemat. Sedangkan untuk makanan kami membelinya untuk kebutuhan sekitar 1-2 minggu.

Jika kebanyakan beli makanan juga nantinya malah dibuang. Sayuran tidak tahan lama, tempe dan tahu juga hanya tahan empat lima harian. Frezer pun juga punya kapasitas maksimal.

Kami membatasi diri untuk hanya ke pasar satu dua minggu sekali. Sementara tukang sayur juga tidak lagi ke dalam kompleks berkeliling. Ini membuat kami berdua jadi kreatif.

Frekuensi kami memasak jadi sering. Selain hemat, memasak sendiri juga lebih sehat, kami tahu bahan-bahan dan bumbu yang kami tambahi.

Kawanku membagikan informasi tentang food preparation sehingga memasak bisa jadi lebih cepat. Ada yang memberikan informasi tentang cara bertanam sayuran dengan cara yang mudah, dengan media air.

Jangan Sampai Krisis Berulang
Masa krisis tahun 1998 dan 2008 pernah kualami. Aku melihat berita di koran dan televisi tentang orang-orang yang melakukan pengambilan uang besar-besaran di bank atau rush money.

Tak sedikit yang menimbun bahan pokok karena kuatir berlebih. Aku juga melihat bagaimana tetangga mengalami kesulitan karena harga beras yang melambung tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun