Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hari Kebangkitan Nasional, Pandemi, dan Lebaran

20 Mei 2020   23:44 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:47 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Harkitnas, pandemi, dan jelang lebaran (dokpri)

Hari Kebangkitan Nasional pada masa lampau merupakan momen kebangkitan bangsa Indonesia dalam berpikir sebagai sebuah bangsa. Pada momen tahun 1908 tersebut mulai tumbuh nasionalisme juga rasa persatuan kesatuan di kalangan para pemuda dan pemudi. Lantas bagaimana dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) pada masa kini? Apakah Harkitnas bisa menjadi momen menumbuhkan optimisme bangsa Indonesia dalam menghadapi permasalahan dan perubahan saat ini?

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada upacara bendera. Tidak ada festival-festival peringatan Harkitnas. Peringatan dan kegiatan-kegiatan tersebut berpindah ke ranah online.

Memang peringatannya tahun ini tidak semarak biasanya. Meski demikian yang penting sebenarnya bukan kemegahan peringatannya, melainkan makna peringatan tersebut.  Apakah Hari Kebangkitan Nasional sekadar seremoni dan perayaan masa lalu semata, ataukah memang ia mampu memberikan semangat dan momentum untuk sebuah kebangkitan?

Omong-omong apa yang diharapkan bangkit pada masa pandemi seperti ini? 

Tak bisa dipungkiri negara Indonesia juga mengalami imbas dari pandemi Covid-19 ini. Dampaknya sungguh luar biasa dan menyentuh berbagai sektoral. Dampak paling besar adalah permasalahan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang menurun.

Aku sendiri merasa sedih melihat orang-orang yang kukenal terpaksa berhenti kerja, baik bersifat sementara, maupun yang berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) karena tempat bekerjanya sudah tak mampu lagi beroperasi. Sementara bantuan sembako dari pemerintah masih ada yang tak tepat sasaran dikarenakan data yang kurang akurat.

Berbagai sektor pekerjaan, terutama yang bersifat jasa, pariwisata, dan hiburan paling banyak terimbas. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih mementingkan kebutuhan pokok daripada kebutuhan yang sifatnya sekunder dan tersier. Selain itu anjuran untuk tetap di rumah (stay at home), pelarangan kerumunan, dan pembatasan sosial memang mau tidak mau membuat banyak penginapan dan tempat wisata pun ditutup.

Nah berbicara tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ini jika melihat berita dan mendengar dari cerita pasangan atau kawan-kawan yang harus masuk ke kantor jadi miris. Mendekati lebaran ini PSBB malah sepertinya tidak berjalan dengan semestinya. Tanah Abang kembali ramai, jalanan di Kramat Jati juga kembali padat, tol juga kembali sarat kendaraan. Masyarakat juga berkerumun di tempat-tempat yang menjual takjil dan makanan. Ada apakah? Apakah masyarakat terlena oleh suasana mendekati lebaran dan lalai dengan perlunya untuk tetap menjaga jarak?

Entahlah. Bisa jadi karena mereka memang bosan di rumah dan ingin menikmati suasana jelang lebaran, atau juga bisa jadi karena aparat juga kurang tegas dalam menindak pelanggar pelaksanaan PSBB.

Menurutku untuk menyukseskan PSBB dan memutus mata rantai penyebaran dari  virus Corona ini perlu mengambil semangat dari Hari Kebangkitan Nasional, yaitu perlu persatuan dan kesatuan masyarakat, pemerintah, dan elemen lainnya. Semuanya harus memiliki satu pandangan yang sama, yaitu pandemi ini harus segera berakhir. Namun tentunya hal ini tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat masih menganggap remeh virus tersebut, dengan masih berkerumun, mudik, dan ke luar rumah untuk hal-hal yang kurang perlu.

Dalam upacara virtual peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2020 ini disebutkan tema peringatan Harkitnas tahun ini adalah "Bangkit dalam optimisme normal baru". Jika melihat narasinya masyarakat diharapkan untuk mulai membiasakan diri hidup dengan cara dan pola baru dalam menghadapi pandemi ini. Di satu sisi masyarakat tetap diwajibkan menerapkan protokol kesehatan, di sisi lain masyarakat didorong untuk tetap produktif. Protokol kesehatan yang dimaksud di sini yaitu tetap menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan dengan sabun.  Sedangkan makna produktif di sini bisa tetap menggunakan sarana digital jika memungkinkan, dan seandainya harus ke luar rumah tetap berpatokan pada protokol kesehatan.

Aku sendiri belum terlalu paham dengan implementasi normal baru. Tapi mudah-mudahan harapan pemerintah untuk segera mengakhiri pandemi dan memulihkan kondisi sosial ekonomi bisa tercapai.

Untuk sementara ditahan dulu ya keinginan mudiknya sebelum pemerintah memiliki teknis yang jelas tentang implementasi normal baru. Sementara mudik daring dulu ya. Ooh gara-gara bahas mudik, jadi ingat lebaran sebentar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun