Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Evolusi "Ater-ater", Makanan Hantaran Jelang Lebaran

18 Mei 2020   08:35 Diperbarui: 18 Mei 2020   08:28 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekarang menu 'ater-ater' makin variatif dan wadahnya tak harus piring beralas daun atau besek (sumber gambar: Yanti - Ayam Bakar Sawah, produk milik sepupu)


Sebelum Ashar aku dan kakak sudah mandi dan rapi. Setelah Ashar aku dan kakak mulai membantu ibu untuk 'ater-ater', membagikan makanan ke satu-persatu rumah tetangga.

'Ater-ater' adalah aktivitas yang tak mudah bagi aku dulu yang pemalu. Dengan membawa nampan berisi dua piring makanan, aku membuka pintu pagar rumah tetangga, mengetuk pintu atau membunyikan bel, kemudian mengucapkan salam hingga pintu rumah terbuka. Ada kalanya aku menunggu agak lama. Mematung di sana hingga aku ragu ada orang di rumah tersebut.

Biasanya aku mendapat jatah rumah para tetangga yang dekat. Kakakku membawa makanan ke rumah-rumah tetangga yang lebih jauh. Sedangkan kakak laki-lakiku mendapat keistimewaan. Alias berleha-leha di rumah. Entah kenapa proses ater-ater ini hanya melibatkan anak-anak perempuan.

Biasanya perlu hampir dua jam untuk menyelesaikan proses ater-ater ini. Proses persiapannya sendiri sudah dari kemarin-kemarin. Ibu dan nenek menyiapkan daftar belanjaan. Ibu dan aku ke pasar. Dan kemudian sepanjang pagi hingga siang, ibu dan nenek memasak. Aku sendiri hanya membantu merajang bumbu dan bahan-bahan makanan, atau mengelap piring dan daun pisang.

Evolusi 'Ater-ater'

Ater-ater atau membagikan makanan ini adalah sebuah tradisi Ramadan. Biasanya ater-ater diadakan dua kali, sebelum Ramadan dan mendekati hari raya. Tapi kebanyakan tradisi ini diadakan menjelang hari raya, terutama pada 10 hari terakhir.

Pada waktu aku masih kecil, ater-ater umumnya berupa makanan berat seperti nasi kuning dengan ayam dan sambal goreng ati ampela, atau nasi rames yaitu nasi putih dengan lauk ayam goreng, telur bali, urap-urap atau tumis buncis. Ada juga yang memilih ater-ater berupa kue. Kue yang umum untuk ater-ater adalah kue apem dan lepet.

Kue apem pertanda permohonan ampunan. Kue ini ada beberapa jenisnya, apem selong yang lebar dan tak terlalu masam, juga apem tape yang lebih asam. Tetanggaku punya resep kue apem yang enak dan khas. Kuenya agak bantat dan permukaannya putih keruh. Rasanya gurih dan cenderung manis. Enak sekali. Aku yang biasanya tak begitu suka apem, memuji kue apem tetangga ini.

Lepet sendiri adalah kue dari ketan. Ketan dimasak dengan santan kental. Di dalamnya biasanya dicampuri kacang merah atau kacang tolo. Lalu dililit janur.

Waktu kecil aku tak doyan lepet. Ketika remaja aku mulai menggemarinya. Enak. Tambahan kacangnya bikin makin gurih dan ada guratan rasa manisnya.

Dulu 'ater-ater' kami kirimkan dengan nampan. Ada piring yang beralas daun pisang kemudian ditutup serbet kering bersih. Piring itu kemudian dibawa masuk oleh tuan rumah. Ia mengambil makanan beralas daun pisangnya . Kami menunggu hingga piring itu dikembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun