Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Misteri Fasilitas Medis Terpencil dalam "Eli"

12 April 2020   22:36 Diperbarui: 12 April 2020   22:42 3743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eli harus mengenakan kostum khusus jika berada di luar selubungnya (sumber gambar: IMDb)

Peristiwa itu bak awal mula mimpi buruk bagi Eli. Ketika asyik bermain di kebun tiba-tiba ia merasa kulitnya terbakar dan susah bernafas. Ia memanggil-manggil ayahnya untuk minta pertolongan. Sejak itu ia harus mengenakan kostum khusus sejak ke luar rumah. Kisah anak laki-laki dengan penyakit langka ini tergambar dalam "Eli". Tapi rupanya ini bukan film drama biasa.

Sejak peristiwa tersebut kehidupan Eli berubah drastis. Ia tak bisa lagi menikmati kehidupan outdoor tanpa perlengkapannya, sebuah kostum khusus, yang diledek orang-orang tertentu seperti pakaian astronout. 

Apabila kostum tersebut robek sedikit, rasa terbakar akan menjalari tubuhnya dan ia akan tersengal-sengal. Ibunya, Rose (Kelly Reilly) mengajarinya untuk tetap tenang dan bernafas dengan perlahan-lahan jika terjadi kondisi seperti itu lagi.

Hingga suatu ketika mereka bertiga, Eli, Rose, dan ayahnya, Paul (Max Martini) menuju fasilitas medis yang dikelola oleh Dr. Isabella Horn (Lili Taylor). Fasilitas tersebut berupa rumah besar yang nampak tua dari luar, tapi di dalamnya begitu modern. Fasilitas tersebut berada sangat jauh di pelosok, di daerah pedesaan.

Awalnya Eli sangat senang karena ia bisa melepas kostumnya di tempat ini.Ia juga bisa mandi dengan air dengan tak takut alergi. Ia juga bisa memeluk kedua orang tuanya tanpa penghalang. Tapi suka citanya mulai meredup ketika ia mengalami gangguan. Ia melihat sesuatu yang seram dan ada pesan misterius 'lie' di jendela. Ia mulai ketakutan.

Eli berteman dengan anak perempuan yang suka mengunjunginya diam-diam (sumber gambar: IMDb)
Eli berteman dengan anak perempuan yang suka mengunjunginya diam-diam (sumber gambar: IMDb)
Seorang anak perempuan yang tinggal di sebuah rumah tak jauh dari fasilitas medis mengajaknya berteman. Ia sepertinya tahu akan misteri rumah besar ini tapi ia ingin Eli menemukannya sendiri. 

Saat Eli merasa kesakitan dengan rangkaian pemeriksaan dan perawatan medis, ia pun memohon kepada kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah tersebut. Tapi keduanya menolak hingga Eli menemui hal-hal lainnya yang lebih seram.

Sebuah Horor dengan Plot Twist yang Kurang Menggigit

Film "Eli" ini memiliki potensi sebagai horor yang meneror dan menebar keseraman. Aku sendiri memilih film ini secara acak di layanan streaming dan awalnya kupikir seperti film drama biasa yang menawarkan kisah-kisah remaja yang berpenyakit langka. Baru ketika ada berbagai rangkaian kejadian supranatural baru aku ngeh film ini memiliki genre horor.

Penonton memang patut bersimpati dengan sosok Eli. Ia nampak tersiksa dengan penyakit langkanya ini. Ia tak bisa mandi dengan air yang mengalir, ia tidur dan sehari-hari beraktvitas dengan selubung agar terpisah dari udara luar. 

Ia mengenakan segala sesuatunya seperti pakaian dengan proses steril terlebih dahulu. Charlie Shotwell ("Captain Fantastic", "All The Money in The World") yang berperan sebagai Eli, nampak natural menjadi anak laki-laki yang kesakitan setiap kali alerginya itu kambuh.

Di satu sisi penonton juga diajak merasa bersimpati dengan kedua orang tua Eli, Rose dan Paul. Keduanya nampak lelah dan kehilangan banyak materinya demi Eli. Di satu adegan nampak Paul harus menukar arlojinya karena uang tunainya sudah habis, sementara kartu kreditnya sudah mencapai batas limit.

Eli sehari-harinya harus berada dalam selubung agar bisa tetap bernafas (sumber gambar: IMDb)
Eli sehari-harinya harus berada dalam selubung agar bisa tetap bernafas (sumber gambar: IMDb)
Rose diperankan Kelly Reilly yang namanya dikenal lewat perannya sebagai Mary Morstan dalam film "Sherlock Holmes". Sedangkan pemeran Paul, Max Martini lebih sering tampil dalam film perang seperti "Saving Private Ryan". Sementara pameran  Dr. Isabella Horn, Lili Taylor mudah dikenali wajahnya, karena ia berperan apik  di "Conjuring" sebagai ibu yang mendapat gangguan.

Dari segi pemeran, ensemble cast-nya cukup menjanjikan, tapi sayangnya skripnya lemah dan si sutradara, Ciaran Foy ("Sinister 2") kurang berhasil mengeksekusi ceritanya dengan lancar dan menggigit. 

Ia masih menggunakan rumus yang konvensional, rumah tua yang bagus dan besar di tempat yang terpelosok lalu gangguan-gangguan supranatural yang anehnya hanya dialami oleh si anak kecil tersebut. 

Pakem menakut-nakuti penonton sudah jamak dilakukan sehingga penonton bisa bersiap-siap kapan adegan horor itu akan terjadi. Dari segi visual, tidak banyak adegan yang sinematik. Tone suram dan nuansa seramnya terasa kurang.

Sejatinya awalan "Eli" ini sudah apik. Ada unsur dramanya kemudian pengenalan penyakit Eli yang langka. Tapi perpindahan unsur drama ke horornya kurang berjalan lancar. Ada cerita yang melompat kemudian si sutradara nampak tergagap-gagap agar cerita tetap bisa berjalan hingga selesai.


Adanya plot twist di bagian terakhir film memang membuat cerita menjadi menarik. Tapi ini malah menjadi poin lemah film ini karena sebagian ceritanya malah sulit dicerna secara logis, malah jadi plothole.

"Sebuah cerita horor dengan premis apik dan plot twist yang cukup mengejutkan. Sayangnya ceritanya kurang mengalir dan sutradara kurang berhasil mengeksekusinya dengan apik". 

Detail Film:

Judul : Eli

Sutradara: Ciarn Foy

Pemeran: Kelly Reilly, Sadie Sink, Lili Taylor, Max Martini, dan Charlie Shotwell

Genre : Horor

Skor: 6.8/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun