Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film-film Indonesia Tahun 2000 ke Atas yang Memacu Perubahan

2 April 2020   23:56 Diperbarui: 4 April 2020   00:03 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film-film Indonesia yang memberikan perubahan (dokpri)

Film dengan tagline populer "Datang tak dijemput, pulang tak diantar" berhasil menarik perhatian 1,3 juta penonton. Ia kemudian memiliki beberapa sekuel. Setelah "Jelangkung"sukses, ada banyak film horor yang menggunakan rumusan urban legend dengan tokoh anak-anak muda yang iseng mengeksplorasi tempat-tempat angker atau mencoba ritual tertentu.

"Jelangkung" memberikan nuansa modern dalam film horor (sumber: suara.com)
"Jelangkung" memberikan nuansa modern dalam film horor (sumber: suara.com)

"Ada Apa dengan Cinta (2002)"
Film "Ada Apa dengan Cinta" langsung menarik perhatian berkat tembang soundtrack yang dibawakan Melly Goeslaw dan Eric. Penonton di berbagai bioskop harus sabar mengantri untuk menyaksikannya.

AADC menandai bangkitnya film drama percintaan remaja dan munculnya geng perempuan,. Ceritanya sendiri juga bisa dibilang klise tentang dua orang yang awalnya saling benci kemudian jatuh hati. Tapi harus diakui tembang-tembang soundtrack AADC luar biasa. Indah, pas dengan tema filmnya, dan masih enak didengar hingga sekarang. Album OST AADC laris manis dan bisa disebut masterpiece hingga saat ini. Sejak itu film-film juga memberikan perhatian ke tembang soundtrack. Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga kemudian banyak tawaran membuat album soundtrack.

AADC juga memberikan pengaruh ke para remaja masa itu. Sebagian terkesima dengan gaya cool Rangga. Nicholas Saputra dan Dian Sastro kemudian menjadi idola. Buku "Aku" karya Sjuman Djaya pun menjadi incaran. AADC menjadi inspirasi film-film percintaan remaja dan film bertemakan masa-masa sekolah.

Banyak remaja yang ingin meniru gaya cool Rangga (sumber: CNN Indonesia)
Banyak remaja yang ingin meniru gaya cool Rangga (sumber: CNN Indonesia)

"Arisan! (2003)"
Tahun-tahun awal kebangkitan film Indonesia bisa dibilang puncak kreativitas sineas perfilman. Filmnya berwarna dan memberikan banyak pengaruh ke tahun-tahun berikutnya. "Arisan!" termasuk di dalamnya dengan menyuguhkan cerita yang tak jauh dengan kehidupan masyarakat modern megapolitan dengan hiruk pikuk permasalahannya. Film ini juga memicu kontroversi dengan adanya adegan ciuman antara pasangan sesama jenis yang diperankan Tora Sudiro dan Surya Saputra.

Film "Arisan" memaparkan kondisi sosialita masa kini (sumber: Fimela)
Film "Arisan" memaparkan kondisi sosialita masa kini (sumber: Fimela)

Temanya berani dan lugas. Ia menyodorkan masalah yang bisa saja terjadi di kalangan para sosialita dan kaum menengah ke atas. Film ini juga berani mendorong isu LGBT ke permukaan yang sebenarnya juga mulai diangkat oleh "Kuldesak". Film ini berhasil memborong 11 nominasi dan 5 piala Citra. Tema film ini kemudian juga memberikan pengaruh ke film-film lainnya.

"Laskar Pelangi (2008)"
Entah kenapa film Indonesia memasuki kembali masa semi kegelapan dengan banyaknya film horor yang kembali mengangkat hal-hal vulgar dengan judul-judul yang membuat eneg. Untunglah masih ada film-film berkualitas pada tahun 2008. Salah satunya "Laskar Pelangi" yang diangkat dari novel terkenal karya Andrea Hirata.

Film yang bercerita tentang sebuah sekolah di daerah pinggiran di Belitung. Mereka di antaranya Ikal, Lintang, Mahar, Harun, Sahara, dan Trapani. Mereka memiliki mimpi masing-masing, tapi sayangnya ada yang tak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasannya.

Film "Laskar Pelangi kaya pesan moral dan edukatif (sumber: Tribunnews)
Film "Laskar Pelangi kaya pesan moral dan edukatif (sumber: Tribunnews)

Ceritanya kaya muatan lokal dan pesan moral. Ia mengangkat hal-hal yang dialami masyarakat daerah Belitung. Daerah Belitung dieksplorasi sehingga film ini bisa disebut sebagai tonggak film yang juga mempromosikan keindahan panorama sebuah daerah. Ia diikuti banyak film yang menjual keindahan sebuah tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun