Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Obral Buku Sepi Pengunjung, Kalah dengan Keasyikan Berseluncur?

27 November 2019   22:21 Diperbarui: 28 November 2019   19:35 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obral buku kok sepi ya? (dokpri)

Siang hari jelang pukul dua belas, aku menuju perpustakaan. Hawa yang gerah dan sinar matahari yang terik berganti dengan sejuknya ruangan yang ber-AC. Sudah lama aku tidak mengunjungi gedung yang megah ini.

Ada rasa kangen untuk sekedar melihat-melihat suasana atau duduk-duduk sambil membaca majalah atau koran hari ini. Kemudian aku melihat buku-buku yang ditumpuk-tumpuk di luar. Wah ada obral buku.

Mataku langsung tertambat pada tulisan di sebuah papan. Wah harga bukunya minimal Rp 1000. Aku langsung tertarik.

Buku-buku yang diobral sebagian besar adalah novel percintaan, baik novel percintaan remaja hingga dewasa. Yang dijual Rp 1000 rupanya adalah manga. Kebanyakan manga bersambung dan harus membelinya minimal 10 buah. Aku batal tergoda.

Kemudian kulihat buku "Mangir" karya Pramoedya Ananta Toer. Diskonnya 'hanya' 20 persen dengan berbagai ketentuan. Kuhitung-hitung harganya masih lumayan dan kucek kantongku, duitku tak cukup.

Aku hanya membawa beberapa lembar uang ungu dan hijau, tak sampai Rp 50 ribu. Aku juga sedang tak membawa dompet karena memang tak berencana berbelanja.

Ada novel yang lumayan menarik perhatianku tapi diskonnya kurang jelas, apakah harganya jadi Rp 50 ribu atau Rp 30 ribu. Akhirnya aku batal karena ragu.

Setelah puas melihat buku ini itu dan membaca ringkasan bukunya di bagian cover belakang, aku malah tidak membeli apa-apa. Novel dan buku genre lainnya yang dijual Rp 10 ribu belum memikat hatiku. 

Tapi beberapa hari ke depan aku berniat kembali, karena rupanya ada bagian tumpukan buku yang belum kuperiksa.

Aku kemudian asyik membaca koran di sudut. Ada dua orang pengunjung bersamaku yang asyik memilih-milih majalah atau koran lalu membacanya.

Dari tempat dudukku aku bisa melihat bursa buku itu. Rupanya meski diadakan di perpustakaan dan banyak mahasiswa yang berlalu lalang bursa buku itu adem ayem. Tak banyak yang singgah atau bertahan lama di sekitaran bursa buku.

Pemandangan serupa beberapa kali kujumpai di sebuah pusat perbelanjaan dekat rumah. Meski lokasi obral bukunya dekat tempat makan yang banyak diisi kalangan muda, tapi tetap tak banyak yang antusias memilih-milih buku atau mengaduk-aduknya untuk menemukan 'harta karun'.

Di perpustakaan ini saat aku ke sini pada jam makan siang, sudut untuk membaca koran dan majalah juga termasuk sepi. Yang ramai adalah ruang-ruang lainnya, ruang yang menyediakan puluhan komputer untuk berseluncur ke halaman web dan mengerjakan sesuatu dengan komputer, juga ruangan bebas yang bisa digunakan untuk duduk-duduk. 

Di ruangan duduk tersebut pengunjungnya sarat. Hampir setiap bagian sofa terisi. Mereka asyik dengan kesibukannya masing-masing, berseluncur dengan hapenya masing-masing menggunakan Wifi.

Aku bertanya-tanya apakah kegiatan membaca buku fisik sudah tak lagi menyenangkan bagi kaum mahasiswa dan gen Z? Apakah memang kegiatan berseluncur halaman wen dan bermedia sosial lebih menarik? 

Aku mencoba berpikiran positif. Bisa jadi para pengunjung sedang membaca pustaka, buku teks, jurnal, dan sebagainya lewat hape.

Bisa jadi perpustakaan ini suatu ketika bakal sepi. Ruangan-ruangan di bagian atas yang berisi koleksi buku teks dan karya mahasiswa juga mulai kurang diminati.

Generasi muda bisa jadi memang lebih suka membaca secara daring daripada menggunakan buku fisik. Wah kalau gitu petugas perpustakaan harus lebih sering memutakhirkan koleksi pustaka daringnya.

Tapi jangan sampai tak ada sama sekali pustaka fisik karena masih ada kalangan sepertiku yang juga doyan buku fisik dengan berbagau keunggulannya. 

Wah lusa ke bursa buku lagi ah. Aku masih penasaran dengan buku Mangir dan buku karya Mitch Albom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun