Bedanya, teknologi AR umumnya cukup dengan memindai QR code dengan aplikasi yang bisa diunduh via smartphone. Sedangkan teknologi VR memerlukan tambahan piranti khusus.
Saat ini teknologi AR telah diterapkan di beberapa museum di Indonesia seperti di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta dan Museum Heritage di kota Batu.
Museum Satwa ditata seperti satwa hidup lengkap dengan habitat mereka sehingga pengunjung seolah-olah sedang berada di daerah tersebut dan bertemu dengan satwa-satwa khas.Â
Kemudian di Museum Angkut, alat transportasi juga ditata per negara. Ada skuter di Italia, yang ditata kekinian, sehingga pengunjung milenial pasti menyukainya.Â
Juga ada museum tentang dinosaurus yang disajikan komplit dengan hiburan permainan dengan nama Dinopark, sehingga pengunjung tak sadar jika sebenarnya mereka sebenarnya belajar tentang dinosaurus dan geologi.
Sebagian museum di Malang dan di Kota Batu awalnya adalah museum rintisan yang koleksinya dimiliki oleh perorangan. Museum Film Lawas alias Indonesian Old Cinema Museum misalnya. Koleksinya merupakan milik pengusaha layar tancap yang juga pemilik restoran Ringin Asri.
Museum Musik Indonesia di Malang juga koleksinya sumbangan dari beberapa orang pecinta musik di Malang. Awalnya merupakan museum kecil di perumahan Griya Santa dengan nama Galeri Malang Bernyanyi.
Museum Heritage yang dulunya bernama Museum d'Topeng juga berawal dari kecintaan pemiliknya yang gemar mengumpulkan topeng-topeng dari berbagai daerah. Apalagi Tari Topeng juga merupakan tari tradisional Malang.Â