Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Novel | Hujan Bulan Juni, Antara Jawa dan Manado

23 Juni 2019   14:41 Diperbarui: 20 April 2021   12:20 3675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Hujan Bulan Juni yang 2 tahun lalu difilmkan | Dokumentasi: iJakarta

"Kami ini Jawa bukan, Manado tidak lagi," kata Toar, kakak Pingkan. Sarwono menimpali, "...Kalian berdua itu Indonesia Raya".

Kisah percintaan banyak disuka. Ramuan kisah romantis bisa dari mana saja. Di Indonesia, bumbu kisah percintaan bisa berasal dari perbedaan suku bangsa. Beda suku juga biasanya menyangkut perbedaan kultur dan agama. Isu inilah yang diangkat dari novel "Hujan Bulan Juni" karya sastrawan terkenal, Sapardi Djoko Damono. Novel ini telah difilmkan tahun 2017 dibintangi Adipati Dolken dan Velove Vexia.

Apabila Kalian merasa tak asing dengan judul novel dan film ini maka Kalian tak salah. Novel ini terinspirasi dari puisi yang juga berjudul sama dari pengarang yang juga sama, "Hujan Bulan Juni". 

Puisi ini merupakan salah satu dari kumpulan puisi yang dirilis tahun 1994 oleh Grasindo. "Hujan Bulan Juni" lalu dipilih menjadi judul kumpulan puisi tersebut.

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

Saat ini telah memasuki minggu-minggu terakhir bulan Juni, bulan yang seharusnya sudah masuk musim kemarau. Akan tetapi hingga saat ini langit masih sering mendung dan beberapa kali hujan mengguyur.

Melihat cuaca Juni yang beberapa tahun ini masih dilanda hujan, aku jadi teringat dan ingin membaca novel pujangga terkenal ini. Apalagi waktu itu aku tak sempat menyaksikan filmnya.

Novel ini berpusat pada hubungan pria Jawa dan gadis campuran Jawa-Manado. Pria Jawa itu bernama Sarwono, dosen muda dan peneliti yang memiliki kulit sawo matang, sederhana, dan berupaya menutupi kondisi tubuhnya yang ringkih. Sedangkan gadis cantik berkulit bening dengan wajah memesona itu adalah Pingkan. Ia juga dosen muda dari fakultas berbeda. Sarwono sejak dulu mengincar adik Toar, sahabatnya, yang sama-sama dibesarkan di Surakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun