Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketika Indonesia Mengalami Distopia dalam "Foxtrot Six"

26 Februari 2019   07:30 Diperbarui: 26 Februari 2019   08:06 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sari pimpinan pemberontak (dok. IMDb)

Tema-tema tentang distopia jamak dalam film Hollywood. Namun tema seperti ini sangat jarang dibidik dalam film layar lebar Indonesia. Oleh karenanya kehadiran "Foxtrot Six" ini menjadi sesuatu yang unik di antara kepungan film horor dan drama romantis. 

Dalam "Foxtrot Six" ini dikisahkan Indonesia memasuki tahun 2032. Pada tahun tersebut teknologi sudah maju, kota Jakarta masih gemerlap, tapi kemajuan dan keglamoran kota tersebut hanya dinikmati sebagian kecil. Lainnya tinggal dalam kemiskinan dan makanan yang dijatah karena panen gagal dan perubahan iklim. 

Ada empat orang besar ditakuti yang menguasai dan mengontrol sumber daya Indonesia. Dua di antaranya adalah Presiden dan bos media. Sejak mereka berkuasa Indonesia makin terpuruk dan kesenjangan makin lebar. 

Adalah Angga (Oka Antara) yang melihat adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kondisi ini. Ia meyakinkan empat petinggi tersebut untuk rencananya merebut kembali kepercayaan masyarakat. Ia berniat membasmi pihak pemberontak. 

Sari pimpinan pemberontak (dok. IMDb)
Sari pimpinan pemberontak (dok. IMDb)
Tak disangka pimpinan pemberontak itu adalah kekasihnya yang hilang, Sari (Julie Estelle). Ia mengalami dilema sebelum kemudian memutuskan untuk beralih pihak. Ia pun membentuk tim terdiri atas enam anggota yang disebutnya Foxtrot Six. Mereka adalah Spec (Chicco Jericho), Oggi (Verdi Solaiman), Bara (Rio Dewanto), Ethan (Mike Lewis), dan (Tino) Arifin Putra. 

Mampukah mereka berenam mengubah keadaan? 

Film Laga di Atas Ekspektasi 

Awalnya aku tak menaruh harapan tinggu pada film ini. Setelah kecewa dengan "Buffalo Boys" dan "DreadOut" yang begitu hip namun kualitasnya tak memadai, aku jadi malas untuk mengikuti euforia. Mending nonton tanpa ekspektasi agar tak kecewa. Dan untunglah kali ini film ini di atas ekspektasi. Filmnya menarik meski ada sejumlah kekurangan di sana sini. 

Setelah "The Raid" maka genre film laga Indonesia terus berkembang. Ada "Headshot", "The Professionals" , "Buffalo Boys", "Wiro Sableng", dan juga "The Night Comes for Us". Sayangnya bintangnya relatif sama, masih itu-itu saja. Sepertinya Indonesia masih kekurangan aktor dan aktris laga. 

Dan di film ini bintang-bintang laga itu kembali hadir seperti Oka Antara, Arifin Putra, dan Julie Estelle yang merupakan alumni The Raid. Julie Estelle telah beberapa kali tampil di film laga dan kiprahnya di film laga semakin mengkilap. Oka Antara sejak di film "Sang Penari" mulai menarik perhatian. Perannya di "Aruna dan Lidahnya" juga membuahkannya nominasi piala Citra. 

Oka Antara makin mengkilap (dok. IMDb)
Oka Antara makin mengkilap (dok. IMDb)
Rio Dewanto, Verdi Solaiman, dan Mike Lewis juga memberikan performa yang menyakinkan dalam film ini. Rio pernah tampil gagah di film tentang pasukan Garuda di Lebanon. Di sini ia memerankan Bara yang suka bertanding dengan tangan kosong. Adegan laganya salah satu yang kufavoritkan dalam film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun