Mohon tunggu...
Dewi Mardiyah
Dewi Mardiyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontribusi Tokoh-tokoh Pembaharuan di Mesir

15 November 2018   13:35 Diperbarui: 15 November 2018   13:42 7035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Reformasi atau pembaharuan Islam diperkirakan lahir sekitar akhir abad ke-19, sebagai jawaban terhadap pengaruh dunia Barat yang sedang gencar-gencarnya menyerang kaum muslimin pada saat itu. Keyakinan dunia Barat yakni keyakinan agama yang disesuaikan dengan pemikiran modern. Sedangkan masyarakat Mesir sendiri adalah masyarakat religius yang sangat menghormati agama. Mereka memandang agama berada diatas segalanya, mereka juga beranggapan bahwa agama merupakan bagian integral dari budaya, adat istiadat dan masyarakat.

Pembaharuan di Mesir sendiri mulai terjadi sejak adanya kontak dengan Eropa, yakni Perancis. Dimulai dengan datangnya ekspedisi Napoleon Bonaparte yang mendarat di Alexandria pada 2 Juli 1798 M. Napoleon Bonaparte mengalahkan Mamluk dan mulai menguasai Kairo. Kedatangan Napoleon Bonaparte membawa semangat kolonialisme untuk menaklukkan Mesir menjadi daerah jajahannya. Pada saat itu, usai terjadinya revolusi Perancis, kemudian Perancis menjadi negara besar yang terus mendapatkan tantangan juga serangan dari Inggris. Pada waktu itu, Inggris telah meningkatkan komunikasi dan kepentingannya sampai ke India Barat dan juga India Timur.

Merasa tidak mau kalah dengan Inggris, akhirnya Napoleon Bonaparte memperluas wilayah kekuasaannya, dengan memilih Mesir sebagai daerah jajahan karena Mesir dianggap tempat yang sangat strategis untuk mempeluas kekuasaan dan menguasai kerajaan-kerajaan besar yang berada disana. Dengan adanya kontak dengan Eropa, utamanya Perancis kemudian membuat Mesir sadar akan ketertinggalannya dengan dunia Barat. Baik dalam segi pendidikan, teknologi, maupun literasi atau bidang penerjemahan, juga bidang-bidang lainnya.

Diantara dampak positif adanya kontak dengan Perancis adalah Mesir mulai sadar ketertinggalannya. Semisal dalam bidang pendidikan, dahulu Mesir hanya mengenal pendidikan-pendidikan yang masih berbau keislaman atau ilmu keagamaan saja dan belum mengenal ilmu-ilmu umum. Kedatangan Napoleon Bonaparte juga memberikan sumbangsih dalam bidang kependidikan di Mesir salah satunya dengan mendirikan Institut d'Egypt. Napoleon Bonaparte melalui kedatangannya di Kairo juga membawa ilmu-ilmu umum seperti ilmu alam, ekonomi, politik juga sastra dan seni. Napoleon Bonaparte juga mendirikan percetakan Arab Latin dan Yunani. Selain itu, bersamaan dengan diperkenalkannya ilmu alam, Napoleon juga membawa alat bantu teknologi untuk menunjang keilmuan itu diantaranya dengan membawa teleskop juga mikroskop.

Setelah menyadari ketertinggalannya, mulailah Mesir melakukan pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pembaharu diantaranya : Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaludin Al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho. Pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pembaharu mesir, masing-masing memberikan kontribusinya dalam berbagai bidang, baik militer, literasi dengan menerbitkan berbagai surat kabar, penerjemahan, pendidikan juga konsep-konsep pembaharuan lainnya. Pada paragraf berikutnya akan dijelaskan kontribusi masing-masing tokoh dalam pembaharuan di Mesir.

Muhammad Ali Pasya, merupakan keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani pada 1765. Dia dikenal cerdas dan pemberani, karirnya baik dalam bidang militer atau sipil. Muhammad Ali Pasya ikut bertempur melawan Napoleon Bonaparte, menumpas musuh, dia juga mendapatkan kepercayaan dari rakyat dan pemerintah pusat untuk menjadi penguasa tunggal Mesir karena telah berhasil mengusir penjajah. Sentral pembaharuan Muhammad Ali Pasya adalah bidang militer dengan mendirikan sekolah-sekolah kemiliteran. Dia berpendapat bahwa kekuasaan dapat dipertahankan dengan dukungan militer yang kuat yang dibentuk melalui bidang pendidikan dan ekonomi. Selain itu dia juga membuka sekolah teknik, tabib dan penerjemah. Menyadari ketertinggalan bangsa Mesir dari peradaban Barat, maka menurutnya hubungan dengan negara Barat harus diperbaiki. Salah satunya dengan, mengirim sekitar 311 mahasiswa untuk belajar di Itali, Perancis, Inggris dan Austria untuk mempelajari Ilmu Militer, Kedokteran, Arsitek dan lain sebagainya. Selain itu dalam bidang pertanian dia mencanangkan perbaikan irigasi, mulai melakukan penanaman bibit kapas yang didatangkan dari India dan Sudan, juga mendatangkan ahli pertanian Barat untuk memperbaiki pengangkutan.

Tokoh yang kedua adalah Al-Tahtawi, lahir di Tahta (Kota kecil yang berada di Mesir). Dia dikenal sebagai pelajar yang sungguh-sungguh dan tajam pemikirannya. Merupakan pimpinan mahasiswa yang diutus Ali Pasya untuk belajar di Perancis. Dia berjasa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di Mesir, dia menguasai bahasa asing dan juga menjadikan bahasa asing sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah Mesir. Merupakan pemimpin penerjemahan buku-buku asing, mendirikan sekolah penerjemah , menerbitkan surat kabar resmi yang memuat berita kemajuan politik yang berdasar pada keadilan dan kerakyatan. 

Dia juga berpendapat bahwa pendidikan harus bersifat universal artinya memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan ditengah masyarakat, menurutnya perempuan yang terdidik diharapkan mampu melahirkan putra putri yang cerdas. Al-Tahtawi juga memperkenankan ulama'-ulama' Mesir untuk mempelajari berbagai ilmu-ilmu modern. Dia menghendaki Mesir maju seperti Barat tetapi juga tetap dijiwai keagamaan dalam berbagai aspek. Oleh karenanya, pendidikan dianggap penting untuk membentuk manusia berkepribadian yang cinta tanah air.

Tokoh ketiga Jamaludin Al Afgani, lahir di Afganistan. Merupakan pembaharu yang tinggal berpindah-pindah negara. Pada tahun 1870 berpindah ke Turki yang kemudian mulai menjadi anggota Majelis Pendidikan Turki. Diantara konsep-konsep pembaharuan yang dia ajukan adalah : musuh utama adalah penjajah (Barat), umat islam harus menentang penjajahan dimanapun dan kapanpun atau dalam bentuk apapun, untuk mencapai tujuan itu umat islam harus bersatu (Pan-Islamisme) bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan islam menjadi satu tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan yakni bersatu dalam bekerja sama. 

Setelah menetap 8th di mesir, kemudian pindah ke Paris dan mendirirkan perkumpulan Al Urwatul Wusqa yang anggotanya dari berbagai negara. Tujuannya adalah memperkuat rasa persaudaraan umat islam, membela islam, dan membawa islam pada kemajuan. Perkumpulan ini menerbitkan majalah Al Urwatul Wusqa yang terkenal bahkan sampai indonesia.

Tokoh selanjutnya adalah Muhammad Abduh, merupakan murid dari Jamaludin Al Afgani. Dia mulai belajar filsafat dan menulis di harian Al Ahram, selain itu dia juga menyelesaikan pendidikannya di Al Azhar. Titik berat pembaharuannya adalah pada aspek pendidikan, pendidikan diarahkan mula-mula mencitai dirinya sendiri, kemudian mencintai masyarakatnya yang selanjutnya mencintai negaranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun