Selanjutnya dari sisi waktu, dengan menggunakan wingi dan sesok yang bisa mulur dan mungkret seperti sudah dijelaskan di atas, Didi secara sengaja telah bermain-main dengan kenangan dan harapan.Â
Bagi wingi kenangan, maka suatu peristiwa menjadi semacam nostalgia yang tetap hangat kendati telah lama berlalu dan terasa seperti baru kemarin.
Sementara, bagi sesok harapan, maka penantian akan terjadinya suatu peristiwa betapa pun lamanya akan dinanti dengan suka cita.Â
Akhirnya, tempat-tempat yang disebutkan oleh Didi dalam lagunya hanyalah jembatan untuk kenangan dan harapan bagi tiap-tiap orang.
Masing-masing dari kita memiliki lokasi-lokasi sendiri yang serupa dengan Terminal Tirtonadi atau Stasiun Balapannya Didi. Dan tiap kita juga punya sesok dan wingi-nya masing-masing yang mungkin serupa dengan sesok dan winginya Didi.Â
Inilah agaknya yang menjadi pesan sejati dari Lord Didi, bahwa kita tak sendiri dalam penantian, kesendirian, ditinggalkan, diberi harapan, dikecewakan, dan di-ambyar-kan.
Justru, berbagai ketidaknyamanan itu perlu dirayakan dengan se-ambyar-ambyar-nya di tempat-tempat dan waktu-waktu yang jauh dan dekat.