Mohon tunggu...
Sridewanto Pinuji
Sridewanto Pinuji Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Blog

Penulis untuk topik kebencanaan dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Pembangunan

23 Oktober 2017   08:50 Diperbarui: 24 Oktober 2017   11:33 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana di Sorong|http://risikobencana.co

Indonesia adalah negara yang rentan terhadap berbagai peristiwa bencana. Bencana banjir dan longsor semakin meluas dan frekuensinya pun semakin meningkat. Di sisi lain, kekeringan pun kian menjadi ancaman. Selain itu, ancaman dari bencana geologi seperti gunung api, gempa bumi, dan tsunami pun bisa terjadi sewaktu-waktu di negeri ini.

Menghadapi ancaman bencana yang terus meningkat tersebut, maka perlu ditingkatkan kesadaran berbagai pihak akan pengurangan risiko bencana (PRB).

Bulan Oktober juga ditandai sebagai Bulan Pengurangan Risiko bencana yang kali ini dilakukan di Sorong, Papua Barat. Tema yang diambil adalah 'Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Pembangunan'.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, di Sorong, PRB bukan sebagai beban, namun investasi pembangungan. PRB bertujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan bangsa dalam menghadapi ancaman bencana.

Investasi yang diharapkan mencakup pembangunan kesadaran Bersama, pembangunan dialog, dan pengembangan jejaring antarpelaku PRB, serta ajang pembelajaran Bersama pelaku PRB di seluruh Indonesia. Pada acara tersebut akan dilakukan pertukaran pengetahuan, bersih sungai, pengukuhan sekolah sungai, pelatihan manajemen bencana, dan pameran.

Pengurangan Risiko Bencana di Tingkat Dunia

Dewasa ini, terjadi perubahan cara berpikir dalam penanggulangan bencana. Paradigma yang kini berkembang adalah dari relief dan response ke pengurangan risiko bencana. Dalam Konferensi Ketiga Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana, diperkenalkan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) atau kerangka kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana.

Empat prioritas Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) sampai tahun 2030 yang ingin dicapai, yaitu memahami risiko bencana berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal; memperkuat tata kelola risiko bencana melalui penerapan prinsip-prinsip partisipasi, keadilan, kesetaraan, profesionalisme, kemandirian, efisiensi dalam penggunaan sumber daya, dan tepat sasaran/efektif; berinvestasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketangguhan melalui pembangunan struktural dan nonstruktural yang berkelanjutan dan akuntabel di semua tingkatan dan tidak menimbulkan atau menambah risiko ekonomi dan sosial; dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana dalam response yang efektif, membangun kembali dengan lebih baik, agar pemerintah dan masyarakat memiliki kapasitas untuk merespon bencana dengan efektif secara mandiri dan mampu melenting balik setelah kejadian bencana serta membangun kehidupan yang lebih baik.

Logika berpikir dalam mengimplementasikan empat prioritas SFDRR ini adalah melakukan manajemen risiko bencana dengan investasi pada masa prabencana, tanggap darurat yang efektif, dan pemulihan yang lebih baik. Manajemen risiko ini didukung oleh ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal sebagai dasar bertindak, serta didukung oleh tata kelola, dan kepemimpinan (manajerial) yang baik.

Takeya (2015) mengajarkan bagaimana masing-masing negara menjalankan tujuh target SFDRR, yaitu dengan membuat strategi pengurangan risiko bencana nasional dan lokal, melakukan kerja sama internasional bagi negara berkembang, meningkatkan ketersediaan dan akses terhadap risiko bencana. Tiga target awal tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk mencapai empat target berikutnya, yaitu mengurangi jumlah kematian akibat bencana, mengurangi jumlah penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana, mengurangi kerusakan infrastruktur kritis, dan mengurangi kerugian ekonomi akibat bencana. 

Sumber tulisan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun