Mohon tunggu...
Sridewanto Pinuji
Sridewanto Pinuji Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Blog

Penulis untuk topik kebencanaan dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mimpi untuk Lingkungan yang Lestari

23 Mei 2017   21:15 Diperbarui: 24 Mei 2017   15:08 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia di kota itu bukanlah persoalan yang sepele. Bahan makanan dan air bersih didatangkan dari tempat-tempat yang jauh. Kota tempat mereka tinggal tidak mungkin menghasilkan itu semua. Sistem transportasi dan penyimpanan makanan pun didesain. Sebuah deraan lagi bagi lingkungan untuk mendukung sistem itu berjalan. Minyak bumi untuk memastikan trasportasi makanan dari pinggiran ke kota bisa dilakukan. Penyedotan air di pegunungan dilakukan secara besar-besaran agar orang-orang di kota bisa minum dan mandi. Lahan pertanian di pinggir kota diubah untuk membangun gudang atau pasar atau tempat perbelanjaan di mana barang-barang kebutuhan bisa disimpan dan diperjualbelikan.

Pinggir kota dan desa-desa selalu menjadi daerah yang dikorbankan. Penduduknya banyak yang pindah ke kota dan meninggalkan lahan-lahan pertanian. Satu saat nanti, bila semua sudah di kota, siapa yang akan menanam tanaman untuk pangan orang di kota?

Menuju lingkungan lestari

Kelestarian lingkungan adalah jalan satu-satunya bila manusia ingin terus hidup. Lingkungan yang lestari adalah peninggalan terbaik manusia yang hidup saat ini kepada generasi mendatang. Bukan pertumbuhan ekonomi, hak asasi, kebebasan beragama, terorisme, atau isu-isu kemanusiaan lain yang perlu diperhatikan. Semua itu tidak akan berarti sama sekali bila lingkungan telah rusak dan manusia punah karena tidak bisa makan, minum, dan buang hajat.

Manusia modern hendaknya mulai mengalihkan pandangannya ke lingkungan di sekitarnya. Mereka sebisa mungkin menyadari dari mana udara yang dihirup, dari mana datangnya makanan di atas meja, dari mana asal air yang keluar dari keran, atau pun ke mana kotoran-kotoran mereka harus dibuang.

Setelah kesadaran itu tumbuh, mereka pun bisa mulai dengan hal-hal sederhana. Menanam pohon di rumah untuk memenuhi kebutuhan udara segar atau bahan makanan sederhana seperti cabai, tomat, dan sayur-mayur. Menyangkut penghematan air, mereka bisa mempersingkat waktu mandi agar air tidak banyak yang terbuang percuma. Dalam hal pengelolaan sampah, mereka bisa mendaur ulang dan menggunakan kembali plastik, botol, dan sampah-sampah lainnya.

Kota dengan berbagai teknologi dan fasilitas yang tersedia harus mulai melirik ke berbagai peralatan yang ramah lingkungan dan hemat listrik. Sumber listrik pun sudah harus beralih ke sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti angin dan tenaga surya. Penduduk kota pun hendaknya harus mulai beralih dari sepeda motor dan mobil pribadi ke angkutan publik atau sepeda. Lebih penting, mereka harus lebih banyak menggunakan anugerah Tuhan berupa dua tungkai untuk berjalan kaki.

Semua hal itu hanya bisa dilakukan bila ada dukungan dari pemerintah dan juga dunia usaha. Pemerintah perlu mengeluarkan aturan untuk membatasi laju urbanisasi penduduk desa ke kota. Para petani pun mestinya mendapatkan perhatian, profesi mulia sebagai penyedia pangan selama ini tidak banyak dilirik. Penghargaan kepada mereka harus diperbaiki sehingga banyak yang berminat dan tak perlu pergi dari desanya.

Pemerintah dibantu dunia usaha bisa mengusahakan berbagai fasilitas di kota yang mendukung pelestarian lingkungan. Lahan terbuka hijau dan bukan mall yang hendaknya diperbanyak. Lahan di mana udara segar diproduksi dan keluarga-keluarga bisa bersama-sama menghabiskan waktu dan bukan menghabiskan uang. Jalur-jalur untuk pejalan kaki yang teduh, steril, dan aman yang menyatu dengan jalur untuk pesepeda harus dibangun di samping jalan-jalan utama agar orang tertarik untuk berjalan kaki dan bersepeda. Fasilitas trasportasi untuk publik pun perlu diperbaiki dan diperbanyak agar orang meninggalkan kendaraan pribadinya dan menggunakan fasilitas transportasi umum.

Bila semua pihak bekerja sama dan ada keinginan bersama untuk berubah, maka kelestarian lingkungan bukanlah hal yang tidak bisa dicapai.

Bayangkanlah sebuah kota yang jalan rayanya sepi karena hanya diisi oleh angkutan publik dan bukan sepeda motor atau mobil pribadi. Sebuah kota yang penduduknya berjalan kaki atau bersepeda ke sana kemari. Sebuah kota yang memiliki banyak taman di mana orang tua mengobrol penuh kemesraan dan anak-anak berlari. Taman yang memiliki banyak pohon di mana burung-burung beterbangan dan berkicau riang di dahan yang tinggi. Langit biru di atas sana, ada sungai kecil dengan gemericik beningnya air, angin segar pun berhembus sepoi-sepoi. Bila berbagai pihak bekerja sama, semoga semua itu bisa dicapai dan bukan hanya menjadi mimpi.

oOo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun