Mohon tunggu...
DPS
DPS Mohon Tunggu... Freelancer - Mengisi waktu luang

Hanya untuk menyalurkan tulisan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluar dari PKH, Jerih Payah Yatmi Dibayar di Negeri Sakura

29 Februari 2020   14:11 Diperbarui: 17 Juli 2022   19:31 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : SPV Pekerja Sosial PKH Kabupaten Wonosobo

Yatmi Ekowati salah satu KPM PKH Desa Lipursari Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah menyatakan mengundurkan diri kepada Pendamping PKH (Triyanto) pada Kamis, 20 Februari 2020. Alasan Yatmi keluar dari kepesertaan PKH karena sudah memiliki empat lahan pertanian yang dikelola setiap hari dan hasilnya dijual ke pengepul dan pasar.

Yatmi resmi mengundurkan diri Kamis, 27 Februari 2020 setelah Triyanto berkoordinasi dengan Dewani selaku Pekerja Sosial Supervisor/Pendamping Sosial Kabupaten dan Kepala Desa Lipursari Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. Tak hanya sebatas berkoordinasasi saja Pekerja Sosial Supervisor/Pendamping Sosial Kabupaten melakukan kunjungan lansung ke rumah Yatmi bersama dengan pendamping PKH. 

Yatmi masih memiliki tanggungan dua orang anak yang masih sekolah di bangku SD dan SMA, akan tetapi hal itu tidak menjadikan Yatmi putus semangat mesti sudah keluar dari kepesertaan PKH. Anak pertama Yatmi kini sudah bekerja sebagai perawat tetap di Negeri Sakura (Osaka, Jepang) dengan pendapatan setiap bulan kurang lebih 50juta rupiah. Yatmi keluar dari kepesertaan PKH juga berdasarkan dorongan dari anak pertamanya (Indra, 23 tahun). Indra menjelaskan kepada Yatmi bahwa saat ini kondisi keluarga Yatmi sudah dalam kondisi mampu dan sebaiknya bantuan PKH diberikan kepada yang lebih berhak.

Sumber : SPV Pekerja Sosial PKH Kabupaten Wonosobo
Sumber : SPV Pekerja Sosial PKH Kabupaten Wonosobo

Yatmi juga menjelaskan bahwa pada tahun 2016 silam, Yatmi dan Suroso harus mengorbankan harta satu-satunya yaitu ladang yang juga sebagai sumber mata pencahariannya untuk membiayayai kuliah anaknya, Indra. Tinggal di gubuk kecil dan reot tidak membuat Yatmi dan Suroso untuk behenti bekerja dan menyekolahkan anak-anaknya walaupun sebagai seorang buruh dengan pendapatan sehari 35 ribu rupiah.

Tahun 2017 anaknya yaitu Indra diberangkatkan ke Jepang sebagai perawat lanjut usia dengan gaji 50juta rupiah per bulan. Tahun 2019 Indra kembali mengikuti ujian keperawatan di Osaka Jepang  bersama 700 perawat dari seluruh dunia dan memperoleh predikat sebagai peserta ujian dengan nilai terbaik. Selain mendapatkan gaji 50juta rupiah, Indra juga mendapatkan tunjangan anggota keluarga yaitu 500ribu rupiah/ART/bulan.

Sejak awal bekerja hingga saat ini Indra selalu memberikan setengah dari gajinya kepada Yatmi dan Suroso untuk menyekolahkan dua orang adiknya. Yatmi juga dapat memperbaiki rumahnya yang reot dan mampu membeli empat lahan tanah. Selain itu Yatmi dan suaminya kini bekerja sebagai petani dan hasil dari pertaniannya (kayu, singkong, dan buah salak) dapat dijual ke pengepul dan pasar. Yatmi sangat bersyukur berkat jerih payah, keyakinan, tekat, dan doa bersama suami selama ini dibayar lebih oleh Allah. Harapannya Yatmi dapat menjadikan anak-anaknya sukses dunia akhirat dan selau rendah hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun