Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ustad Jefri dan Kenangan Kepadanya

26 April 2013   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:34 3022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam neraka!

Aku masih terlalu "bocah" saat itu. Namun masih teringat ribuan jamaah menyemut di lapangan. Konon, seorang ustad muda bernama Jefri Al-Bukhari akan hadir menyampaikan tausiyah-nya dalam rangka menyambut "maulid Nabi Saww". Meski yang ditunggu tampil mendekati tengah malam, jamaah dengan setia menunggunya sedari ba'da Isya.

Hingga waktunya tiba. Pembawa acara memanggil Ustad muda itu untuk naik ke atas panggung. Jamaah wanita menjerit histeris. Tak ketinggalan ibuku. Ia memang penggemar ustad muda tersebut. "Sudah muda, ganteng, lihai menyitir ayat-ayat Alquran dan hadis, shaleh pula", kira-kira demikian pandangan ibu terhadap da'i kondang itu.

Ibu berbeda dengan Bapak. Bagi Bapak, Uje bukanlah ustad. Bapak menyebutnya sebagai tukang obat yang bersorban. Maklum Bapak termasuk konservatif dalam pandangan dan paham keagamaan. Baginya ustad itu harus jebolan pesantren, mahir membaca "arab gundul", tamat mengaji kitab "Alfiyah" berikut dengan "ilat-ilat-nya". Pokoknya, di mata Bapak, Uje bukan ustad.

Bagaimana dengan diriku? Ah...aku terlalu muda saat itu. Aku hanya ingat bagaimana Uje sanggup membuat ratusan jamaah tak beranjak dari tempatnya, meski malam mulai meninggi. Sesekali terdengar tawa jamaah dan pekik tertahan santriwati. Dengan sorot mata seorang bocah, dengan penuh kagum aku memandang sosok Uje yang terlihat sangat berwibawa dengan jubah putih dan sorban yang membelit di kepalanya.

Di kemudian hari, aku sering melihat tayangan dakwah Uje di televisi. Ia tampil sangat dinamis dan bergaya muda. Bersama Udin Hansip, Ustad Uje mengisi acara U2 di Trans 7. Tayangan agama yang menghibur, mendidik, serius, namun sarat dengan humor. Benar-benar tayangan yang sesuai dengan jiwa muda layaknya diriku.

Pikirku, mungkin ustad-ustad seperti Uje-lah yang mampu membuat anak muda tertarik akan kajian agama. Muda, ganteng, gaul,tak ketinggalan berjiwa muda. Maklum selama ini aku merasakan ada jarak yang terjengkal antara anak muda dengan seorang da'i.

Bukan kami tak ingin mendalami kajian agama, namun penampilan dan metode penyampaian Ustad-ustad -terkadang- membuat kami mundur setapak. Kajian dan metode layaknya Uje-lah yang justru dirasa bisa membuat kami lebih tertarik untuk menekuni agama.

Kini, Jumat, 26 April 2013, di fajar hari menjelang Subuh, kabar duka datang lewat sms. Ustad Jefri Al-Bukhari telah berpulang ke "Rahmatullah". Kabar yang kami dapatkan, ia kecelakaan dengan motor gede-nya. Beliau telah tiada.

Hari ini pula aku merenung. Di usia yang akan menapak 17 tahun, aku mulai berpikir akan pentingnya kehadiran sosok Uje bagi umat, terutama kami, para anak muda. Pilihan ada pada diriku, apakah aku akan melanjutkan "tongkat estafet" seorang Uje, yang menjadi dambaan Ibu-ku. Atau justru aku akan menjadi sosok yang seperti diidamkan oleh Bapak-ku.

Entah-lah...yang pasti aku harus bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara ini.

Selamat jalan Ustad...Al-Fatihah!

Gitu aja koq repot!

Selamat menikmati hidangan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun