Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai dengan Masa Lalu

27 Mei 2012   07:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:43 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13381069452147404767

[caption id="attachment_183981" align="aligncenter" width="403" caption="doc.pribadi"][/caption]

Risa masih berdiri mematung didepan lemari bajunya. Dipandanginya lekat – lekat kebaya berwarna ungu yang menggantung di dalam lemari. Risa menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkan kebaya itu dan meletakkannya diatas tempat tidurnya.

“Untuk kali ini, aku berharap kamu bisa berdamai dengan masa lalumu”. Masih terngiang jelas ucapan Maya padanya dua hari yang lalu sembari menyerahkan kebaya ungu itu. Dan hari ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidup Maya, sahabatnya sejak SMP. Risa tak tahu harus berbuat apa, dia hanya mendudukkan tubuhnya tepat disamping kebaya ungunya.

“Kita harus punya tanggal pernikahan yang sama ya, May” ucapan itu Risa ucapkan pada Maya kira – kira 3 tahun lalu, saat dirinya hendak bertunangan dengan Bara. Dan seharusnya pada tanggal yang sama seperti hari ini lah Risa menikah dengan Bara 2 tahun lalu. Tepat satu tahunsetelah pertunangannya dengan Bara.

“Tok... Tok... Tok” terdengar suara pintu kamar Risa diketuk. Sang Ibunda lah yang kemudian tampak dari balik pintu. Dengan senyum lembutnya, Ibu menghampiri Risa dan berdiri disampingnya.

“Kamu mau berangkat jam berapa ke acara pernikahannya Maya?” tanya Ibu lembut sembari menatap lekat – lekat wajah putrinya. Terlihat jelas kesedihan dari raut wajah Risa yang tak dapat di tutupinya sama sekali.

“Sebentar lagi, Bu” dengan senyum yang dibuat sebiasa mungkin Risa mengatakan itu. Ibu lalu mengelus lembut rambut Risa.

“Apapun yang membuat kamu nyaman lakukanlah sayang, tapi kamu juga harus bisa memilah mana yang memang benar – benar harus kamu pilih”. Risa hanya mengangguk sembari menahan tangisnya.

“Selamanya dalam kebencian masa lalu, atau menyimpannya sebagai pelajaran dan melanjutkan hidupmu” lanjut Ibu lagi. Risa memeluk erat tubuh sang Ibunda, dan tetesan bening itupun tak dapat dibendungnya lagi. Setelah yakin kondisi putrinya sudah lebih baik, Ibu keluar dan memberikan kesempatan kepada Risa untuk berfikir sejenak.

Bukan hal yang mudah bagi Risa untuk memutuskan menghadiri acara pernikahan sahabatnya itu. Dua tahun yang lalu pada tanggal yang sama, seharusnya menjadi hari yang tak dapat dilupakan oleh Risa. Hari dimana dirinya dan Bara seharusnya menikah. Tapi yang terjadi justru hal yang sebaliknya. Tepat 3 minggu sebelum acara pernikahan, tiba – tiba Bara memutuskan untuk membatalkan rencana besar mereka. Disaat undangan sudah siap disebar, gedung, catering, WO, baju pengantin, dan semua persiapan sudah rampung hampir 90%, Bara malah memberikan berita yang sungguh diluar dugaan Risa. Alasan yang diberikan Bara pun sama sekali tidak masuk akal.

Hanya karena perbedaan suku antara Risa dan Bara, orang tua Bara akhirnya memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka. Alasan itu lah yang membuat Risa sama sekali tak dapat mempercayainya. Bukankah pada saat acara perkenalan, tunangan, bahkan sampai pada saat lamaran keluarga Bara sudah tau asal usul Risa dan keluarganya? Tapi mengapa justru pada masa – masa penting 3 minggu itulah keluarga Bara memutuskan untuk membatalkan semuanya. Risa tak dapat berbuat banyak. Bara memberitahu hal tersebut hanya melalui telepon, dan meminta maaf pada Risa dan keluarganya. Bahkan tak ada permintaan maaf dan penjelasan secara langsung dari orang tua Bara.

Risa sempurna pada keterpurukannya, tak terhitung berapa kali dirinya menangis, berapa banyak lelaki yang ditolak Risa setelah itu, dan selama kurun waktu 2 tahun itu pula lah Risa tidak pernah mau menginjakkan kakinya ke acara perikahan. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi Risa masih belum mampu mengubur masa lalunya. Dan hari ini, hari dimana seharusnya Risa merayakan 2 tahun usia pernikahannya dengan Bara, adalah hari dimana Maya akan menikahi kekasihnya.

Potongan demi potongan peristiwa yang pernah dialaminya bersama Bara satu demi satu hadir.Ada begitu banyak cerita bahagia dibaliknya, tapi juga ada goresan luka yang teramat dalam setelahnya. Risa juga perlahan menghadirkan masa – masa indah persahabatannya dengan Maya sejak SMP. Telah begitu banyak waktu yang mereka habiskan bersama, kebersamaan yang sangat indah dan sayang bila terlepas begitu saja hanya demi masa lalu yang menyedihkan.

Risa akhirnya memutuskan untuk mencoba berdamai dengan masa lalunya dan hadir di acara pernikahan Maya. Kebaya ungu yang dijahitnya bersamaan dengan kebaya pengantin untuk Maya telah dikenakannya. Rambutnya hanya disanggul sederhana, makeup nya pun tak terlalu tebal. Setelah semuanya siap, Risa berpamitan pada Ibu yang saat itu sedang asyik membaca majalah diruang tamu.

“Aku pamit ya Bu” ucap Risa sembari mencium tangan ibu. Ibu mendekap Risa erat, cukup lama mereka berpelukan.

“iya sayang, jemput masa depanmu, kamu berhak bahagia dan mendapatkan yang jauh lebih baik” ucap Ibu sembari melepaskan pelukannya. Lekat Ibu memandangi wajah cantik Risa, tak seperti biasanya. Ibu mengantar Risa hingga depan pintu, Taxi yang dipesan Risa sudah menunggu sedari tadi. Hari itu Ibu merasa sangat berat melepaskan kepergian Risa.

Perjalanan pagi itu bisa dibilang lancar, lalu lintas jalan raya pun tidak terlalu padat.

“Agak cepet ya pak” pinta Risa pada sang pengemudi taxi setelah mengatakan tujuannya. Sepuluh menit lagi, tepat pukul 9 pagi acara akad nikahnya dimulai. ‘Semoga masih sempet liat akad nikahnya’ pinta Risa dalam hatinya sembari melihat lampu merah yang sudah berganti hijau. Sang pengemudi taxi pun mempercepat laju mobilnya. Namun pada saat berbelok ke sebelah kanan, sebuah metromini yang juga melaju cepat tiba – tiba saja menyerobot lampu merah dan menghantam taxi yang dinaiki Risa. Hantamannya sangat kuat, taxi yang dinaiki Risa terbalik dan terseret hingga beberapa belas meter. Darah segar mengalir dari pelipis, hidung dan mulut Risa. Risa, gadis itu sudah mencoba berdamai dengan masa lalunya. Tapi masa depannya menjemput dengan sangat cepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun