Mohon tunggu...
Muhammad Fathi
Muhammad Fathi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Graphic Designer di www.satugerai.com, terus belajar untuk bermanfaat bagi orang lain... Follow twitter saya @fath_identity

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Pesona Pantai dan Perbukitan Menganti

28 Januari 2014   21:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amat sangat lama tidak menerbitkan tulisan di Kompasiana, kali ini saya hadir di tahun 2014 dengan laporan perjalanan saya ke Kebumen, Jawa Tengah. Karena sebelumnya saya menerbitkan laporan perjalanan ke Gunungkidul dan sekitaran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sekali-sekali saya ingin berjalan-jalan lintas provinsi, ke Kebumen, Jawa Tengah.

Mengisi waktu liburan, saya memberi istilah “closing trip” untuk trip ke Kebumen ini. Mengapa closing trip? Karena setelah perjalanan saya ini, saya akan kembali sibuk berada di depan komputer seperti sewajarnya, tapi tetap memperhatikan jalan-jalan sebagai sarana refreshing dan berburu inspirasi, serta menambah kecintaan pada nusantara.

Kebumen, Sabtu (25/1/2014) lalu sempat digoyang gempa bumi berkekuatan 6,5 SR yang berpusat di laut lepas Kebumen. Gempa bumi ini terasa di Kebumen, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, hingga hampir seluruh Jawa. Saya teringat ketika study tour ke LIPI Karangbolong, Kebumen beberapa waktu lalu. Para peneliti ‘Kebumen Purba’ yang memandu saya dan kawan-kawan menjelaskan bahwa jika Kebumen diguncang gempa bumi, atau letusan gunung “mati”, maka hampir seluruh Jawa akan terkena dampaknya.

Oleh karena itu, kita tetap harus waspada dengan segala kemungkinan gempa susulan atau gempa yang lebih besar lagi. Khawatir saya, apakah lempeng benua di bawah Kebumen ini sudah saatnya “bergerak”? Wallahu a’lam.

Pada Ahad (26/1/2014) kemarin, satu hari setelah musibah gempa Kebumen, saya berinisiatif untuk jalan-jalan ke Kebumen. Berpikir positif saja semoga tidak terjadi gempa susulan, saya menjalankan niat yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu. Partner saya bilang, “show must go on guys!

Berangkat dari kota Yogyakarta sekitar pukul 05.30 wib mengendarai sepeda motor melewati jalur selatan DIY yang sangat sepi kendaraan, jalanan serasa milik sendiri. Menyisir jalan berlubang di jalan Daendels, saya terguncang-guncang. Bagi saya, lubang-lubang ini sebagai ‘pita kejut’ untuk menjaga mata saya tetap awas, karena malamnya tidur pukul 03.00 pagi sehingga masih mengantuk.

Saya merasa ‘pita kejut’ jalan berlubang ini sudah melampaui batas. Mata saya sudah tidak mengantuk lagi, tapi jalan berlubang masih saja ada. Capek pantatnya terguncang-guncang di atas motor, saya mengambil jalan ke kanan (utara) di pertigaan yang arahnya kalau lurus ke Cilacap, kalau ke kanan ke Kota Kebumen. Kemudian bertemu perempatan, saya ambil ke kiri (barat) ke arah Gombong.

Sudah masuk Gombong, saya singgah di sebuah pom bensin. Tadinya dari jogja berbekal bensin senilai Rp15.000,-, di pom bensin ini saya mengisi Rp20.000,-. Selain itu, saya tidak lupa menyempatkan mandi pagi. Berangkat dari Jogja belum mandi, jadilah singgah di pom bensin ini sekalian mandi. Hehehe

Setelah mandi, saya memacu kembali kendaraan roda dua ke arah Pasar Gombong. Sekitar 300 meter ke barat Pasar Gombong, ada perempatan yang ke kiri mengarah ke jalan Karangbolong, nah ambil arah kiri ini. Mau kemana sih? Nanti, ikuti dulu ceritanya.

Saya melewati jalan Karangbolong yang cukup panjang sampai di pertigaan ‘segitiga’ Polsek Buayan. Kalau sudah ketemu dengan Polsek Buayan ini, arahkan kendaraan roda dua ke barat (agak serong hampir 90 derajat). Say “dadaaah” pada Polsek Buayan, saatnya mengikuti jalan aspal untuk membelah bukit perkampungan Buayan. Terus ikuti jalan sampai melewati area Rowokele (tandanya melewati plang sekolah negeri Rowokele) ikuti terus jalannya sampai ada pertigaan ke kiri, ambil ke kiri itu. Jika insting traveler anda macet, jangan ragu tanya GPS konvensional alias warga lokal.

Jalan yang ke kiri (selatan) itu mengarah ke Pasar Ayah. Pasar yang cukup dekat dengan pantai Ayah dan pantai Logending-Ayah. Entahlah, saya tidak begitu paham tentang nama pantainya. Yang jelas, saya bukan mau ke pantai Logending-Ayah, tapi saya akan mengunjungi pantai dan perbukitanMenganti yang orang kaskus bilang sebagai “hidden paradise” –nya Kebumen.

Ikuti jalan setelah pos retribusi pantai Ayah, naik-turun, berkelok-kelok, kemudian bertemu pertigaan kecil, abaikan dan lanjutkan perjalanan sampai melewati SD Negeri di kiri jalan. Di seberang SD itu ada warung makan Pak Sanyar, saya sempat sarapan dulu disitu. Dari SD Negeri itu, lanjutkan perjalanan sekitar 1 kilometer sampai pertigaan dengan dinding semen bertuliskan Pantai Menganti, ikuti arah jalan yang terus menanjak kemudian turun.

[caption id="attachment_292655" align="aligncenter" width="400" caption="Jalan kecil menuju Menganti (dok. peribadi)"][/caption]

Dalam perjalanan ke Pantai dan Perbukitan Menganti ini, kita disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa. Hamparan perkebunan dan sawah hijau yang membentang berbukit-bukit, terlihat juga sebuah mercusuar di ujung bukit sana, dan hamparan laut lepas. Disitulah letak Pantai dan Perbukitan Menganti yang indah, saya setuju dengan istilah hidden paradise-nya Kebumen.

Dengan membayar tiket masuk seharga Rp2.500,- saja, dan parkir Rp2.000,- kita bisa berjalan kaki menyusuri pantai yang lumayan luas ini. Selain untuk rekreasi, pantai ini juga sebagai pelabuhan nelayan. Terlihat dari banyaknya perahu nelayan yang bersandar di pantai serta tersedianya Tempat pelelangan Ikan (TPI). Ikan-ikan yang dijual disini masih segar dan harganya terjangkau (harga dari nelayan).

[caption id="attachment_292656" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Menganti (dok. pribadi)"]

13909182611270947428
13909182611270947428
[/caption]

[caption id="attachment_292657" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Menganti (dok. pribadi)"]

13909183081354758142
13909183081354758142
[/caption] [caption id="attachment_292658" align="aligncenter" width="300" caption="Perahu Nelayan (dok. pribadi)"]
13909183651096332613
13909183651096332613
[/caption] [caption id="attachment_292659" align="aligncenter" width="300" caption="Bermain (dok. pribadi)"]
13909183981633830785
13909183981633830785
[/caption]

Lama perjalanan yang kita tempuh, akan terbayarkan ketika sampai di Pantai Menganti ini. Jangan berhenti sampai di bibir pantainya saja. Cobalah untuk menjelajahi keindahan bukit yang ada di pantai ini. Sebuah pantai yang menyatu dengan perbukitan. Pantai dan Perbukitan Menganti juga cocok dijadikan spot untuk camping dan menikmati sunset di sore hari bersama rekan-rekan dan keluarga.

[caption id="attachment_292660" align="aligncenter" width="300" caption="Sepeda motor bisa naik Perbukitan Menganti (dok. pribadi)"]

1390918448103026357
1390918448103026357
[/caption] [caption id="attachment_292661" align="aligncenter" width="300" caption="Perbukitan Menganti (dok. pribadi)"]
13909184891458231831
13909184891458231831
[/caption] [caption id="attachment_292662" align="aligncenter" width="300" caption="Laut Lepas dari Atas Perbukitan Menganti (dok. pribadi)"]
13909185201214281693
13909185201214281693
[/caption]

Ingin mencicipi keindahan Pantai dan perbukitan Menganti? Saya sarankan anda datang jangan terlalu siang, karena pukul 09.00 pagi saja matahari sudah sangat menyengat. Bawalah payung, karena itu akan sangat bermanfaat. Namun bila cuaca mendung dan hujan, silakan berteduh di warung-warung pinggir pantai. Selamat berlibur akhir pekan. (dfp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun