Kegiatan diseminasi ini merupakan Aksi Nyata Modul 1.4 tentang Budaya Positif. Kegiatan ini sebagai wujud kompetensi Guru Penggerak yaitu pengembangan diri dan orang lain. Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini Teori Kontrol, Disiplin Positif, Nilai-nilai Kebajikan, Teori Motivasi, Kebutuhan Dasar Manusia serta Restitusi. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 November 2022 di TK Islam Attaqwa Kota Sukabumi pukul 10.00 - 12.00 WIB. Karena keterbatasan tenaga pendidik dan kependidikan maka bersama Kepala Sekolah saya mengundang rekan guru dari lembaga lain. Yang dapat hadir perwakilan dari TK Daaruttaqwa dan PAUD Kenanga 2.
Kegiatan ini disambut antusias oleh rekan pendidik lain, karena materi yang akan disampaikan memang sangat kami butuhkan untuk menanamkan budaya positif khususnya bagi anak usia dini. Sebelum melakukan kegiatan diseminasi ini saya sudah mencoba melakukan praktik baik di kelas saya sendiri untuk menanamkan budaya positif. Sehingga saya juga dapat berbagi praktik baik yang saya lakukan terkait budaya positif.
Banyak hal yang saya pelajari dari modul budaya positif ini, selama ini saya mengontrol murid dengan melakukan penguatan positif dan terasa berhasil. Ternyata menurut DR. William Glasser hal itu merupakan ilusi, kontrol murid berada dalam kendalinya sendiri, bukan karena saya gurunya yang memberikan penguatan positif. Seandainya murid dapat kita kontrol itu karena murid tersebut mengizinkan untuk guru mengontrolnya.
Untuk menanamkan disiplin positif terlebih dahulu harus ditanamkan nilai-nilai kebajikan universal, hal itu untuk mendorong agar motivasi datang dari dalam diri anak sendiri. Menurut Diane Gossen ada tiga motivasi yang mendasari perilaku seseorang yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, serta untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka inginkan. Motivasi yang terakhir itulah yang merupakan motivasi intrisik yang harus dikembangkan untuk menanamkan disiplin positif.
Jangan lupakan juga bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dasar (DR. William Glasser) yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan dan kesenangan. Jadi saat ada seorang murid bertindak selalu ada alasan yang mendasarinya. Sebagai seorang pendidik kita perlu mengidentifikasi kebutuhan dasar mana yang sedang murid coba penuhi.
Saat terjadi sebuah pelanggaran ada sebuah cara untuk menanamkan disiplin positif yaitu dengan Restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).Â
Ada lima posisi kontrol yaitu sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, sebagai teman, pemantau dan manajer.Â
Posisi yang paling baik adalah posisi sebagai manajer karena di posisi ini guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.Â
Langkah untuk melakukan restitusi ini dinamakan segitiga restitusi dengan tahapan menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan. Maka sebelum melaksanakan restitusi ini harus dibangun terlebih dahulu keyakinan pada diri murid, bentuknya bisa berupa keyakinan kelas yang diprakarsai oleh murid-murid sendiri.
Yang menjadi harapan dari kegiatan Diseminasi Budaya Positif ini saya beserta rekan guru lainnya dapat menciptakan iklim pembelajaran dengan budaya positif yang akan menghantarkan kesuksesan bagi murid. Selalu semangat menjadi pemelajar dan selalu bahagia.