Mohon tunggu...
Devita Aprilia
Devita Aprilia Mohon Tunggu... Petani - Petani

An Agriculture & Forest Enthusiasts.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Regenerasi Petani Indonesia sebagai Negara Agraris

21 Mei 2019   11:05 Diperbarui: 21 Mei 2019   11:14 3481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan pertanian di Indonesia (Source: @Iqbalbatalipu)

Permasalahan mendasar adalah terjadi ketimpangan jumlah sumber daya manusia produktif akibat tidak adanya regenerasi petani yang disebut juga dengan "urban bias". Menurut Michael Lipton dalam bukunya Why Poor People Stay Poor mengungkapkan teori tentang Urban Bias (Lipton, 1977). Yakni, segala pertumbuhan, pengembangan, dan kemajuan adanya hanya (tersentralisir) di perkotaan. Sementara pedesaan hanya dipergunakan sebagai daerah penyedia bahan makanan, penyedia bahan baku industri (termasuk untuk ekspor), maupun penyedia tenaga kerja murah.

Petani di pedesaan rata-rata termasuk dalam kategori "petani gurem" yaitu petani yang memiliki luas lahan yang kecil di bawah 0,5 hektare sehingga hanya cukup untuk mencukupi konsumsi sendiri (subsitence level). Selain itu adanya urban bias menjadikan petani sulit untuk mengumpulkan modal, tidak bisa meningkatkan produktivitasnya, serta tidak lepas dari jerat kemiskinan. Harga, kualitas, dan produktivitas dari komoditas yang petani hasilkan telah ditentukan oleh para cukong, pengusaha, pedagang, dan eksportir akibat efek dari urban bias.

Apakah kondisi pertanian bangsa ini akan terus dibiarkan berlarut-larut? Atau memang profesi petani sudah tidak layak lagi ada di Indonesia karena yang terjadi adalah ketimpangan. Bagaimana mungkin pertanian di Indonesia mampu mencapai ketahanan pangan  jika diisi oleh para petani tua? Harus ada mekanisme atau pun program yang mampu menarik para generasi muda produktif untuk bekerja di sektor pertanian.

Potrait petani Indonesia (Sumber: @Iqbalbatalipu)
Potrait petani Indonesia (Sumber: @Iqbalbatalipu)

Arah kebijakan pembangunan yang dijalankan di Indonesia cenderung berpihak pada pertumbuhan ekonomi terutama sektor industri, manufaktur dan pertambangan ekstraktif (tambang, migas). karena menyerap tenaga kerja dengan jumlah banyak dan modal dalam jumlah besar.

 Industrialisasi dianggap cara utama untuk meningkatkan nilai tambah, transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi. Sejak itulah sektor pertanian yang berbasis di pedesaan dianak-tirikan. 

Padahal keseimbangan perekonomian memiliki kaitan erat dengan bahan pangan di sektor pertanian. Ketersediaan hasil pertanian menyebabkan terjadinya tingkat kestabilan ekonomi di masyarakat. 

Sudah sering terjadi, ketika salah satu atau banyak komoditas pertanian mengalami kenaikan harga akan membuat masyarakat resah dan pemerintah menerapkan kebijakan tertentu agar perekonomian tidak menurun.

Menurut HS. Dillon diperlukan adalah reformasi yang bersifat paradigmatis di sektor pertanian. Pertanian harus diarahkan pada kebijakan yang secara umum adalah people driven (Dillon, 1999). 

Kebijakan yang selama ini diperuntukkan untuk masyarakat dinilai kurang memberikan keleluasaan untuk berkembang dan mandiri. Pemerintah harus mencoba merubah paradigma industrialisasi di sektor pertanian. 

Pertanian saat ini harus dijadikan material dasar industrialisasi bukan malah sebaliknya. Jadi strategi apa yang dapat dilakukan pemerintah agar generasi muda tertarik kembali untuk menekuni profesi sebagai petani?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun