Mohon tunggu...
Devi Surindra
Devi Surindra Mohon Tunggu... Guru - Pendidik Putra Bangsa

Seorang pendidik yang hobi olahraga dan selalu tertarik pada bidang otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Tikus Belajar Terbang

14 Agustus 2022   09:27 Diperbarui: 14 Agustus 2022   09:32 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konon pada suatu zaman tersebutlah sebuah akademi binatang di sebuah hutan belantara. Kampus yang menjadi satu-satunya tempat bersekolah para binatang di hutan itu mengajarkan berbagai pelajaran 'skill kebinatangan'. Mulai dari cara mencari mangsa, tips agar tidak dimangsa, bagaimana cara terbang, renang, berlari dan lain sebagainya. Yang jelas salah satu iklan yang dibuat sekolah tersebut berbunyi 'ANDA RUGI BILA TIDAK BELAJAR DI SINI...!!!'

Nun jauh di pinggir hutan itu, ada sebuah keluarga tikus yang sangat berbahagia. Keluarga itu terdiri atas tiga personil, ayah tikus, ibu tikus dan anak tikus. Bombastisnya sosialisasi akademi binatang juga sampai ke telinga keluarga tikus ini. Tak heran jika si anak tikus setiap hari merengek pada ibunya. Anak tikus merengek bukan karena ingin dibelikan sepeda, baju atau yang lainnya. Melainkan karena ingin ikut bersekolah di akademi binatang yang konon sangat terkenal itu.

Sebenarnya ibu tikus senang anaknya punya keinginan kuat untuk menuntut ilmu. Namun ia khwatir karena anaknya masih kecil dan belum terbiasa berpisah dengan orang tua. Setelah berembuk dengan ayah tikus, akhirnya ibu tikus pun mengizinkan sang anak untuk pergi menuntut ilmu.

Sepanjang perjalanan si anak tikus selalu tersenyum bahkan sampai nyengir-nyengir sendiri. Usut punya usut ternyata anak tikus itu sudah membayangkan apa yang akan ia lakukan di akademi binatang itu nantinya. Ia membayangkan akan dapat terbang seperti burung, dapat berenang seperti ikan dan dapat berlari lincah seperti kelinci.

"Wah benar-benar menyenangkan. Kalau sudah seperti itu siapa yang berani memangsaku... Kalau burung elang mengejarku, aku akan masuk ke air, menyelam dan berenang. Kalau ada ikan hiu yang akan mengigitku, aku akan terbang, " khayalnya.

Sesmpainya di akademi hutan, ia menyaksikan pemandangan yang 'kurang wajar'. Anak tikus itu melihat seekor harimau yang tertatih-tatih belajar berenang. Raut muka harimau terlihat kusut, badan kurus dan 'aum' nya pun tidak lagi sangar seperti biasanya. Namun tetap saja si harimau itu berulang kali terjun ke kolam renang dipandu pelatihnya agar mampu berenang cepat. Berulng kali di harimau dibentak karena melakukan kesalahan.

Di sudut kampus, ia melihat seekor burung elang yang sedang duduk dengan kaki penuh balutan perban. Ingin sekali ia bertanya pada sang elang, apa gerangan yang membuat kakinya seperti itu. Namun ia mengurungkan niatnya karena khawatir elang tersebut akan tersinggung.

Di saat ia belum berhenti berfikir, anak tikus melihat burung elang lainnya yang tengah belajar berlari. Berkali-kali sang elang terjatuh karena kakinya tersangkut batu, namun ia tetap bangun dan berlari lagi. Anak tikus akhirnya paham, apa yang menyebabkan burung elang yang ia lihat pertama kali tadi kakinya diperban karena luka. Ia tak lagi melihat burung elang yang gagah perkasa dengan paruh yang menakutkan. Kegagahan sang elang menjadi terkikis karena luka di sekujur tubuh, badan yang mulai kurus dan matanya yang mulai rabun.

Di sisi lain kampus itu ia juga melihat seekor ikan hiu yang terkapar tidak berdaya. Selidik punya selidik ternyata ikan ganas itu menjadi berantakan karena dipaksa belajar terbang. Atas apa yang ia lihat, anak tikus pun bertanya pada seorang guru di kampus itu. Sang guru menjawab, kampus itu memang mengajarkan segala keahlian binatang. Seluruh pelajar yang masukpun harus mempelajari dan mendalami seluruh pelajaran yang ada. Tak heran jika saat pertama kali masuk sekolah itu, ia melihat harimau belajar berenang, burung elang belajar berlari dan ikan hiu belajar terbang. Namun hasilnya...??? sangat jauh dari yang diharapkan. Selain sekujur tubuh binatang itu terluka dan badan semakin kurus, binatang-binatang itu juga pada akhirnya tidak dapat memiliki kemampuan yang diajarkan. Ruginya lagi, selain tidak mampu mendapat keahlian baru, keahlian yang sesungguhnya dimiliki para binatang itupun akhirnya mulai terlupakan.

Karena sibuk belajar berenang, harimau akhirnya lupa bahwa sebenarnya ia adalah ahlinya berlari kencang di darat. Sudahlah tidak bisa berenang, harimau juga tak lagi mampu berlari karena tak lagi berlatih berlari sesuai potensi yang ia miliki.

Demikian juga dengan burung elang yang terkenal mampu terbang dengan kecepatan tinggi saat meluncur mengejar mangsa, tak lagi mampu melakukannya. Itu karena sang elang sibuk belajar berlari, yang sebenarnya tidak cocok baginya. Elang sangat potensi di udara dan seharusnya yang ia asah adalah kemampuan terbangnya, bukan berlari. Setali tiga uang dengan ikan Hiu. Siapa yang tidak takut pada ikan berdarah panas itu. Namun keangkerannya hilang karena ia memaksakan diri belajar berlari. Selain gagal, tidak mampu berlari, hiu juga akhirnya tak lagi dapat berenang cepat. Yang harus dilatih hiu sebaiknya adalah berenang. Ketiga binatang itu selain rugi waktu, juga rugi tenaga. Itu karena mereka tidak menyadari, dimana potensi mereka yang dapat dikembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun