Mohon tunggu...
Devina Karsten S
Devina Karsten S Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2019

Just keep typing...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pilihlah Pasangan yang Baik...

16 Desember 2020   16:32 Diperbarui: 16 Desember 2020   16:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Solopos.com - Moh. Khodiq Duhri, 2020

Dalam kasus ini, pihak kepolisian menjatuhkan hukuman penjara kepada pelaku sebagai keputusan pihak kepolisian yang bersifat mengikat dan akan memberi efek jera kepada pelaku. Pengelolaan konflik ini menggunakan cara akomodasi dimana menurut Rahim & Ting Toomey dalam Baldwin, dkk. (2014, h. 281-282) salah satu pihak menyerahkan tuntutan kepada pihak lain. Korban pun melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian keesokan harinya dan polisi pun segera menyelesaikan kasus ini sebagai pihak lain yang menyelesaikan pertikaian dengan cara menghukum pelaku dengan pasal yang berlaku. Korban menyerahkan tuntutan kepada pihak kepolisian untuk diselesaikan secara adil.

Konflik yang terjadi pasti akan menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari konflik memang ada walaupun dalam kasus kriminal sekalipun. Menurut Saefulrahman & Suwaryo (2016, h. 35) dampak positif pada konflik dapat dijadikan kebijakan untuk mencegah dan menyelesaikannya guna untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan. Hal ini menjadi dampak bagi korban setelah melalui konflik ini dengan pelaku dimana korban menjadikan ini sebagai pembelajaran untuk kedepannya agar lebih baik lagi dalam memilih pasangan dan bisa menjaga perasaan pasangannya. Karena dalam sebuah hubungan percintaan, salah satu faktor munculnya konflik adalah rasa cemburu.

Penulis belajar dari kasus ini mengenai rasa kepercayaan dan komunikasi dalam suatu hubungan, karena walaupun komunikasi bukanlah “obat” untuk segala konflik, namun ketika suatu konflik disebabkan kurangnya komunikasi, maka komunikasi bisa menjadi solusi yang tepat dan diimbangi dengan rasa kepercayaan satu sama lain. Memiliki hubungan dengan orang lain pasti akan memiliki konflik, tergantung setiap individu bagaimana mereka mengelola konflik yang ada.

Mengelola konflik tidak selamanya menggunakan cara kekerasan, bisa dengan cara yang lebih halus yaitu dengan mengkomunikasikannya terlebih dahulu. Dalam kasus ini, pasti terdapat kurangnya komunikasi di antara kedua pihak, alhasil menimbulkan konflik hingga kasus penganiayaan dan pengrusakan barang. Tak lepas pula dengan dampak negatif yang ada. Dampaknya akan menimbulkan emosi dan stress negatif, berkurangnya komunikasi, menimbulkan sikap otoritatif, menimbulkan prasangka buruk, dan tekanan pada korban (Normalia, 2016, h. 24). Hubungan yang semula adem bisa menjadi berantakan hanya karena salah paham, emosi, pikiran, dan ego yang tidak terkendali.

Daftar Pustaka: 

Baldwin, J. R., Coleman, R. R. M., Gonzales, A., & Shenoy-Packer, S. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. West Sussex : John Wiley & Sons.

Duhri, M. K. (2020, 3 Desember). Cemburu, Pria Sragen Tega Aniaya Pacar dan Bakar Sepeda Motor. Solopos.com.

Normalia, P. (2016). Pengaruh Sosial Masyarakat Pasca Konflik terhadap Psikologis Remaja. (Skripsi, Universitas Lampung, 2016).

Saefurahman, I. & Suwaryo, U. (2016). Transformasi Otonomi Desa : Pudarnya Kekuasaan Formal Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintah pada Masa Orde Baru (Kasus Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, 6(2), 35.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun