Jujur, saya tuh tipe orang yang teman dekatnya nggak banyak. Saya nyaman dengan lingkaran kecil yang hangat, yang saling ngerti tanpa harus selalu menjelaskan banyak hal. Makanya, saya sering agak sedih kalau harus kehilangan koneksi sama teman, apalagi sampai masuk ke fase yang namanya friendship break up.
Tapi makin ke sini, saya mulai paham bahwa pertemanan memang ada masanya. Nggak selamanya kita bisa bareng terus. Seperti yang saya alami sekarang, teman-teman yang dulu sering saya temui di tahun 2024, sekarang udah nggak di Solo semua. Awalnya bingung, takut sendiri. Tapi ternyata nggak seburuk itu.
1. Perubahan Itu Nggak Selalu Berarti Kehilangan
Waktu tahu teman-teman saya harus pindah dan mulai hidup baru di tempat lain, jujur saya sempat ngerasa hampa. Rasanya kayak kehilangan rutinitas yang bikin hati hangat. Tapi seiring waktu, saya sadar bahwa perubahan itu bagian dari hidup. Kita nggak bisa memaksa orang untuk selalu stay dalam satu fase hidup yang sama terus-terusan.
Sekarang saya coba belajar menikmati perubahan itu. Kadang masih rindu, tapi saya tahu mereka nggak benar-benar hilang. Hanya jaraknya yang berubah, bukan kenangan dan rasa hangatnya.
2. Teman Baru Juga Bisa Jadi Rumah
Tahun 2025 ini saya sempat khawatir, "Apa saya bakal sendirian ya sekarang?" Tapi ternyata enggak. Saya dipertemukan lagi dengan orang-orang baru yang juga bisa diajak dekat, bisa diajak saling dukung, dan bisa nyaman juga untuk jadi diri sendiri. Rasanya kayak ketemu 'rumah' baru.
Dari situ saya belajar, nggak semua perpisahan berujung sepi. Kadang, pertemuan baru justru datang saat kita udah cukup berani untuk melepaskan yang lama tanpa rasa marah atau sedih berlebihan.
3. Berusaha Jadi Teman yang Nggak Meninggalkan Luka
Satu hal yang saya pelajari dari semua ini adalah pentingnya jadi teman yang nggak ninggalin luka. Saya nggak bisa menjamin semua pertemanan akan bertahan lama, tapi saya bisa usahakan untuk nggak bikin perpisahan itu jadi menyakitkan. Saya belajar untuk kasih feedback yang setara, hadir dengan niat baik, dan nggak menuntut lebih dari yang orang lain bisa kasih.
Kalau suatu saat harus pisah, saya pengin itu terjadi tanpa drama. Tanpa saling menyalahkan. Cukup dengan saling tahu bahwa kita pernah saling hadir dan jadi bagian penting di fase hidup masing-masing.
***
Sekarang saya tahu, sedekat apa pun hubungan kita dengan seseorang, ada kalanya kita harus berjalan di jalur yang berbeda. Dan itu nggak apa-apa. Saya tetap bersyukur pernah punya momen-momen hangat bersama mereka. Karena bagi saya, pertemanan nggak harus selamanya bareng, tapi harus selamanya dikenang dengan baik. Jadi kalau nanti kita nggak lagi satu tempat, satu rutinitas, atau bahkan satu frekuensi---semoga kita tetap terkoneksi meski dalam kenangannya aja.