Dalam pertemanan, saya pernah beberapa kali mengalami yang namanya friendship breakup. Bukan karena saya sengaja nyakitin orang, tapi saya sadar dalam beberapa kasus pertemanan  mungkin saya adalah 'penjahatnya' dari sudut pandang mereka.
Saya bisa terima pandangan tersebut. Karena sebaik-baiknya kita bersikap, pasti ya bakal ada aja moment dimana orang lain merasa sikap kita tidak pantas.
Kalau saya memang salah, saya akan minta maaf. Tapi dari situ juga saya belajar satu hal penting bahwa relationship itu kerja sama, bukan kerja bakti.
Artinya, kalau cuma saya yang berusaha memperbaiki hubungan, tapi kamu diam saja atau bahkan menjauh, ya pertemanan itu memang sudah selesai. Nggak bisa cuma satu orang yang berjuang. Berikut tiga hal yang saya pelajari dari pengalaman itu:
1. Mengakui Kesalahan Itu Perlu, Tapi Nggak Semua Orang Wajib Memaafkan
Saya pernah minta maaf ke teman karena sadar saya salah. Tapi kadang respons mereka dingin atau bahkan nggak ada sama sekali.
Awalnya saya ngerasa nggak adil, saya udah minta maaf kok dia masih ngejauh? Tapi akhirnya saya sadar, setiap orang berhak memilih bagaimana mereka mau menyikapi sesuatu, termasuk memilih menjauh meski kita sudah berusaha.
Kamu bisa minta maaf dengan tulus, tapi kamu nggak bisa maksa mereka memaafkan. Kalau kamu satu-satunya yang mau memperbaiki hubungan, ya hubungan itu nggak akan bisa jalan lagi. Karena tetap butuh dua orang buat saling menyambut.
2. Nggak Semua Hubungan Harus Dipaksa Bertahan
Saya pernah berada di fase ngejar-ngejar pertemanan yang udah renggang. Rasanya capek, ngerasa kayak cuma saya yang berjuang. Tapi dari situ saya sadar kalau cuma satu pihak yang berusaha, ini selesai.
Temenan itu harus saling, bukan tarik-ulur satu arah. Kalau teman kamu nggak menunjukkan usaha buat memperbaiki atau setidaknya ngobrol baik-baik, mungkin memang sudah waktunya buat melepas. Nggak semua yang pergi harus ditarik kembali.
3. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
Setelah pertemanan retak, saya pernah lama banget mikir, "Apa saya terlalu jahat ya? Apa saya orang yang buruk?" Tapi saya lupa, bahwa dalam hubungan apapun bentuknya, salah satu pihak bisa aja ngerasa disakiti tanpa kita sengaja. Kita manusia, dan manusia bisa bikin salah.