Menghadapi anak yang picky eater memang bisa bikin pusing. Sebagai orang tua, pasti kita ingin anak tumbuh sehat dengan asupan gizi yang cukup.
Tapi di sisi lain, saat anak mulai menolak makan sayur atau cuma mau makan satu jenis makanan terus-menerus, rasanya seperti sedang berperang kecil tiap jam makan.
Nah, salah satu pendekatan yang kadang dibicarakan adalah parenting VOC. Tapi, perlu nggak sih sampai segitunya? Yuk, kita bahas bareng lewat tiga poin ini:
1. Boleh Tegas, Tapi Jangan Kaku
Saya percaya, jadi orang tua itu memang butuh ketegasan. Tapi bukan berarti kita harus terlalu keras. Memaksa anak makan sayur tanpa tahu alasan dia nggak suka, bisa bikin dia tambah trauma sama makanan itu.
Coba deh ajak ngobrol: "Kamu nggak suka wortelnya kenapa sih? Rasanya? Teksturnya?" Kadang, masalahnya cuma karena cara masaknya aja. Parenting VOC bisa dipakai sebagai panduan, tapi fleksibilitas juga penting. Nggak semua hal harus diatur kayak jam militer, apalagi soal makanan.
2. Fokus ke Gizi, Bukan Jumlah Makanan
Daripada sibuk menghitung suapan atau melabeli anak dengan "nakal karena nggak habisin makanan", mending kita lihat dari segi gizi. Apakah makanan yang dimakan hari itu cukup bernutrisi? Kalau iya, ya santai aja.
Kita bisa tanya, "Kamu sukanya apa? Kita bisa coba variasi yang mirip tapi lebih sehat, yuk!" Pendekatan ini bikin anak merasa dihargai dan jadi lebih terbuka buat coba makanan baru.
3. Di Situasi Tertentu, Kadang Memang Harus Ditegaskan
Oke, sekarang ngomong serius. Ada kalanya kita memang perlu memaksa. Misalnya, anak cuma mau makan nasi putih dan biskuit selama seminggu. Nah, di titik itu, saya rasa kita memang harus ambil sikap.
Bukan buat menyiksa anak ya, tapi demi kesehatannya. Kita bisa pakai aturan yang konsisten: "Oke, boleh makan biskuit, tapi setelah makan lauk dulu ya." Ini bentuk cinta juga kan, bukan cuma soal disiplin.
***