Mohon tunggu...
Devidia Tri Ayudiansyah
Devidia Tri Ayudiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - #akuberpikirmakaakuada

Nulla Tenaci Invia Est Via~

Selanjutnya

Tutup

Money

Financial Technology Sebagai Capital Buffer di Kala Economic Stress

9 April 2020   00:33 Diperbarui: 9 April 2020   00:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Banyak sekali fenomena yang membawa pada economic shock ataupun economic stress. Yang pada akhirnya kondisi ini menambah ketidakpastian dalam kegiatan para agen ekonomi. Sayangnya goncangan ini rawan membawa efek contagion yang tidak hanya terjadi pada satu negara, penyebarannya dapat dengan mudah dari negara satu ke negara lainnya bagaikan penyakit. Ditambah pula dengan kondisi liberalisasi antar negara dan ekonominya yang saat ini semakin kuat.

            Menghadapi ketidakpastian yang rawan semakin tinggi tersebut, lembaga keuangan di suatu negara memiliki propoksi untuk turut andil. Melalui financial development yang ditopang dengan langkah pendalaman pasar keuangan atau financial deeepening. Salah satu negara yang aktif dalam hal ini ialah China, yakni dengan ketercapaian melalui financial deepening atau pendalaman keuangan. China menganggap bahwa financial deepening menjadi momok penting financial development untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. (People’s Bank of China). Tentunya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sangat penting dalam memaksimalkan proyeksi pertumbuhan ekonomi walau dalam keadaan economic stress. Kebijakan yang mendorong adanya pemaksimalan ketersediaan financial deepening, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (Christopoulos et al, 2004)

         Jadi anggapan diatas mengedepankan adanya pertumbuhan ekonomi yang tetap tercapai walau kondisi perekonomian sudah melemah. Lantas jika dikatan sedang melemah, apa yang dapat dikerjakan untuk menjalankan pertumbuhgan ekonomi? Yakni dengan pendalaman keuangan yang mana setiap budget yang dikeluarkan memiliki produktivitasnya. Budget tersebut tepat sasaran karena tidak hanya berhenti digunakan disatu titik, ada multiplier effect yang teripta di dalamnya. Penggunaan yang tidak hanya berhenti disatu titik saja melainkan juga meluas digunakan untuk pengguna-pengguna yang lainnya.

            Dan perlu diingat bahwa, financial deepening bukan hanya menjadi media berjalannya momentum pertumbuhan ekonomi suatu negara. melainkan juga sebagai capital buffer yang menjadi penopang atas ketidakpastian ekonomi. Maka ketika economic stress dan membawa adanya kecenderungan kearah stagnansi ekonomi atau kemandekan ekonomi, hasil dari financial deepening dapat menjadi actor penyangga keloyoan tersebut atau sebagai capital buffer. Masa economic stress sendiri terjadi ketika adanya pengurangan investasi dan krisis nilai tukar, maka financial deepening dapat menyangga economic risk yang ada.

          Salah satu contoh yakni ketika terjadi krisis keuangan subprime, negara-negara yang terlibat mendorong terjaganya keuangan melalui pendalaman keuangan. Sehingga hal ini tidak membawa keloyoann yang berkelanjutan. Di lain tempat, ketika krisis menyerang Thailand pada tahun 1983, financial deepening ada dan menopang berjalannya ekonomi yang berkelanjutan.  Maka dari sini financial deepening bukan hanya pendek kata yang dapat kita artikan untuk media modal pembangunan ekonomi saja, melainkan juga sebagai modal penolong kita disuatu waktu keterdesakan ekonomi terjadi, atas dasar gejolak ekonomi, resei ataupun  krisis. Singkatnya, kontribusi jika financial deepening berjalan maksimal ialah pemulihan economic stress yang berjalan relatif cepat. 

            Di Indonesia sendiri telah menerapkan financial deepening antar lembaga keuangan terkait. Kunci yang ada pada financial deepening ialah keterjagaan bentuk keuangan yang aktif, likuid, dan inklusif. Sejak itu, Indonesia telah membagi kelembagaan terkait pendalaman keuangan pada forum koordinasi pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan (FK-PPPK) yang terdiri atas Kementrian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. Koordinasi ini ialah dengan pembagian fungsi dan tugasnya masing-masing di berjalannya ketersediaan pendalaman keuangan. Ketersediaan pendalaman keuangan itu sendiri diartikan dengan kestabilan nilai tukar, ketersediaan likuiditas kredit dan investasi.   

          Telah banyak inovasi skema yang dijalankan untuk fianncial deepening. Salah satunya pembentukan Foreign Exchange Market Commite (Indonesia FEMC). Dimana terdiri atas FK-PPPK serta asosiasi dealer dan ikatan bank yang ada di Indonesia. Tujuannya ialah menyamakan informasi yang ada di pasar sehingga menurunkan ketidakpastian yang melingkari agen ekonomi. Dan juga inti sari tujuannya tidak terlepas dari tumbuhnya titik-titik investasi baru dan kredit yang menyeluruh. Tidak hanya menyentuh usaha yang sudah besar, tetapi juga pada usaha yang baru tumbuh. Maka fianncial deepening mendorong pula adanya business cycle yang lebih inklusif.

          Selain itu ketercapaian financial deepening juga dapat terjadi melalui transaksi repo antar bank yang gencar. Salah satunya dengan Mini MRA master Repo Agreement yang menjadi kontrak agar ketidakpastian antar bank domestik terminimalisir. Seperti yang kita ketahui ketidak pastian yang melingkupi bank salah satunya ialah NPL(Non Performing Loan) atau kredit macet yang tidak dapat dibayarkan oleh para debitur entah itu karena kondisi ekonomi pribadi atau juga karena moral hazard atau aji mumpung. Penerapan mini MRA ini mampu menjadi jembatan interkoneksi antar bank untuk tetap menyediakan keuangan yang likuid tanpa adanya beban risk, karena konsep risk sharing.

            Semua hal tersebut saat ini dikemas apik pada skema banking openness, yang mana dapat diartikan sebagai adanya intregasi antara bank sentral dengan SSK, penawar jasa kredit, ataupun juga pelaku investasi di domestik. Tidak hanya domestik, konsep ini juga melingkupi internasional. Yakni adanya penyamaan informasi yang memadai semua pihak yang terlibat pada kerja ekonomi keuangan. Dan inilah yang membawa berkurangnya ketidakpastian serta menjaga likuidnya financial yang berujung financial deepening.

            Banking Openness ini maka lebih baik jika juga diintegrasikan pada skema investasi dan kredit yang ada di Indonesia saat ini, dalam penerapannya pada e-money. Emoney atau erat juga kaitannya dengan financial technology saat ini di Indonesia menunjukkan peningkatan pengguna yang tinggi. Hal ini terjadi karena banyaknya kemudahan yang ditawarkan didalamnya seperti terpangkasnya biaya transaksi dan adanya kemudahan. Baik untuk investasi dan kredit semuanya dapat dengan mudah dalam sentuhan tangan. Dan hal ini juga dapat menyentuh berbagai kalangan, sampai pada usahaa yang baru terbentuk. Dengan banking openness yang membawa keterbukaan informasi dan adanya integrasi, financial technolgy yang ditawarkan dapat sehat dan terjaga likuiditasnya.

            Dalam penerapannya, financial technology yang menawarkan jasa kredit debit, investasi dan transakisi ini dalam prakteknya masih rawan sekali adanya penyimpangan. Contohnya yakni dengan adanya lembaga fintech abal-abal yang justru mengancam keamanan para konsumen, sehingga mendoorng adanya cyber crime. Hal ini akan terminimalisir andaikan penyebaran informasi terkait fintech resmi dan yang tidak aman ini ter update secara maksimal dan menjangkau sampai pada konsumen ditingkat bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun