Mohon tunggu...
Devia Nalini Sheera
Devia Nalini Sheera Mohon Tunggu... lainnya -

Banyak hal yang perlu diluruskan, jadi temani aku untuk memahaminya..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerajaan Sriwijaya Dilahirkan dari Suku Dayak

17 Juli 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 17472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wajar, jika dikatakan Suku Dayak adalah suku tertua di Nusantara. Suku Dayak memang lahir lebih dahulu ketimbang suku-suku yang lainnya. Berdasarkan peta persebaran sejarah nusantara, imigran berbagai bangsa mulai menjejakan kakinya di Kalimantan yang saat itu dikenal dengan sebutan Tanjung Nagara.

Gelombang imigran dari luar dimulai pada akhir zaman es (pleistocene) usai tepatnya sekitar 10.000-6.000 tahun lalu melalui jalur timur laut. Persebaran manusia di Kalimantan pun terus berkembang, ditambah adanya gelombang imigran proto melayu. Keberadaan Suku Dayak yang lebih dahulu menginjakan kakinya di Bumi Nusantara ini, membuat saya berasumsi jika adanya dugaan Suku Dayak merupakan nenek moyang Bangsa Indonesia. Begitu juga dengan perannya sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya.

Berdasarkan Cerita Urang Sepuluh dari Banjar, Kalimantan Selatan, dijelaskan cucu pertama dari Anyan, yakni tokoh Suku Dayak Maanyan yang bernama Lua pergi ke tanah melayu. Saat itu, Melayu atau yang lebih dikenal dengan nama Malaka merupakan pusat perdagangan yang ramai. Orang Suku Dayak memang terkenal memiliki ilmu tinggi. Lua yang mengikuti jejak Sang Kakek, merantau ke Pulau Sumatera yang masih merupakan tanah Melayu.

Penyebutan nama sebagai identitas diri pada zaman dulu merupakan suatu hal yang tidak terlalu penting, sehingga kebanyakan setiap tokoh yang dikenal hanya akan dipanggil sesuai dengan kemampuan atau ilmu yang mereka miliki. Sehingga tidak heran pula, jika untuk setiap tokoh sejarah akan memiliki nama yang berbeda di setiap daerahnya. Itu yang terkadang membuat kebingungan saat akan membedah sejarah masa lampau. Mungkin, bisa saja itu salah satu taktik untuk menyamarkan identitas orang yang sama. Karena jika dipikir oleh akal manusia zaman sekarang, sangat tidak mungkin jika ada manusia yang bisa hidup dengan usia yang berabad-abad lamanya. Tapi saya beropini untuk zaman dulu, hal itu sangat mungkin terjadi.

Seperti halnya Lua yang merupakan cucu pertama dari Anyan, salah seorang tokoh besar Suku Dayak dari Kerajaan Purba Nan Marunai. Di Kalimantan Selatan, Lua berarti Naga. Jadi, bisa saja di Tanah Melayu, nama Lua berganti menjadi Naga. Sama seperti Raja Prameswara, Raja Sriwijaya ke-X yang berganti nama ketika mendirikan Kerajaan Malaka menjadi Iskandar Zulkarnaen atau Raja Gentar ALam karena ilmu saktinya yang dapat menggentarkan alam.

Kecenderungan adanya dugaan Kerajaan Sriwijaya dilahirkan dari Kerajaan Purba yang dibangun Suku Dayak terlihat dari beberapa kesamaan seperti ornamen bunga teratai, warna kuning dan emas sebagai warna kebesaran, serta lambang naga yang merupakan hewan agung yang dipercaya Suku Dayak.

Jika benar seperti itu, Kerajaan Sriwijaya dapat diprediksi telah lahir sebelum abad ke 7 Masehi. Lahirnya Kerajaan Sriwijaya diduga lebih tua dari Kerajaan Kutai. Hal itu dijelaskan pada Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan M Batenburg pada 29 November 1920 lalu di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Dalam prasasti tersebut dijelaskan Dapunta Hyang melakukan perjalanan suci ke timur dengan membawa 2 laksa tentara.

Berdasarkan cerita lainnya, Dapunta Hyang merupakan sebuah gelar yang mutlak disandang oleh semua Raja Sriwijaya. Sehingga patut dipertanyakan Raja Sriwijaya ke berapa yang melakukan perjalanan suci ke timur tersebut?

Dari sebuah artikel yang saya langsir, http://lookman89.wordpress.com/2011/10/15/hikayat-dayak-banjar/, pada abad ke-5 M berdiri sebuah kerajaan di Kalimantan Selatan bernama Kerajaan Tanjungpuri. Berdirinya kerajaan ini bermula dari kedatangan para Imigran Melayu dari Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatera pada sekitar abad ke- 4 M. Para Imigran Melayu yang mempunyai kebudayaan lebih maju dibanding penduduk lokal pada masa itu mendirikan perkampungan kecil di daerah pesisir Sungai Tabalong.

Para imigran tersebut berbaur bahkan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat yakni Suku Dayak. Hasil dari perpaduan antara suku Melayu dan Dayak itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal Suku Banjar. Semakin lama perkampungan di pesisir Sungai Tabalong itu semakin ramai sehingga akhirnya menjadi sebuah kerajaan kecil bernama kerajaan Tanjungpuri (diperkirakan terletak di kota Tanjung sekarang).

Keturunan Anyan dari anaknya Masari mendirikan kerajaan Candi Laras di Margasari (Kab. Tapin sekarang) pada Tahun 678 M. Bukti keberadaan Kerajaan Candi Laras adalah Tulisan di Prasasti “Kedukan Bukit” yang terdapat di kota Palembang bertahun 605 Saka/ 683 M berhuruf Pallawa. Isi tulisan “Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci dengan perahu dari Minanga Tamwan membawa dua laksa tentara menuju timur”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun