Mohon tunggu...
Devi P. Wihardjo
Devi P. Wihardjo Mohon Tunggu... Editor - Hidup Yang Menghidupkan

Pemerhati Pemerintahan, Politik, Sastra, Filsafat, Ekonomi Indonesia, Pendidikan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemimpin Daerah Berjiwa Seni dan Republik Plato

29 Juli 2019   15:38 Diperbarui: 29 Juli 2019   15:51 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mikul dhuwur mendhem jero
Yen Wani ojo wedi wedi, yen wedi ojo wani wani

 Mikul dhuwur mendhem jero, Falsafah jawa ini dianut hampir sebagian besar orang Jawa, Mikul artinya memikul, yakni membawa diatas bahu. Duwur artinya tinggi, Mendem artinya menanam. Jero artinya dalam.  Yen Wani ojo wedi wedi, yen wedi ojo wani wani. Punya makna Seorang pemberani adalah orang yang mampu mengatasi rasa takut. Jangan pernah ragu, karena keragu-raguan akan membawa kepada kehancuran.

Kedua falsafah Jawa itu memang begitu lekat dengan karakter orang jawa, syarat mutlak agar seseorang mampu mengarungi kehidupan sebagai pemenang setidaknya pemenang  bagi diri sendiri. Karakter kempemimpinan dimasa datang haruslah kuat, bermoral tinggi, punya gagasan juga inovasi.

Falsafah tercipta semata kamuflase dari kata-kata yang terjelma dari kepribadian yang penuh kepalsuan, sejatinya falsafah menjadi tonggak awal bagi seorang manusia untuk memahami untuk apa, siapa dan kenapa dirinya dilahirkan di muka bumi. Dalam Islam popular dikenal  sebagai Khalifah (Pemimpin atau leader, bukan Bos atau Juragan yang suka mencari keuntungan) itu tercuat di QS: Al Baqarah (2) Ayat 30.

Jelang 2020 momen Pilkada Serentak, Para calon pemimpin daerah yang dirasa mumpuni dan digadang mumpuni oleh masyarakat mulai bermuculan namanya ke publik. Gesekan politik lokal mulai terasa panas, meskipun belum bergerak menyeluruh.  Spekulasi calon orang nomor satu di kabupaten/ Kota ini menjadi magnet bagi elite untuk memainkan hasrat politiknya, sebab Pemimpin daerah saat ini dianggap sebagai Penopang posisi partai politik.

Leader atau pemimpin harus mampu melakukan Empowerment (pemberdayaan ) upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Leader jelas versus dengan Bos yang cenderung menggunakan masyarakat sebagai dalih atas kebijakannya tanpa berfikir tentang keberlanjutan dan kemaslahatan masyarakat.

Dalam konteks pemimpin sebuah daerah sebagai wujud dari Otonomi Daerah dimasa datang akan lahir dari perwujudan keinginan terpendam rakyat. Tak cukup hanya popular, Pemimpin Daerah haruslah memiliki kompetensi lengkap. Sayangnya, dalam dinamika politik lokal, Pemimpin Daerah punya kriteria khusus yaitu Punya Modal Banyak, hingga ada istilah dikalangan Wong Jowo ialah Wani Piro??

Keberadaan calon pemimpin daerah yang Punya visi atau visioner Ber-Aset minim dianggap hanya sebagai 'penggembira' padahal masa depan dan kesejahteraan daerahnya jadi pertaruhan, seolah dinamika politik daerah saat ini didominasi oleh 'Elite daerah' yang di dompleng oleh misi Parpol. Kepentingan masyarakat sudah tergadai dengan permainan recehan para oportunis yang memperkaya diri.  Demokrasi akan terancam dengan perilaku Elite Lokal yang 'Menghamba Uang' .

Demokrasi itu sendiri tak boleh hanya dimainkan oleh para elite, sejatinya Demokrasi dalam Istilah Yunani  bermakna Rakyat (Demos) dan Pemerintahan (Cratos), Rakyat dahulu sebelum pemerintah, ini dimaknai agar mendahukan kepentingan rakyat.

Dalam Persepektif Plato Dalam Kitab 'Republik' berpendapat bahwa negara yang menganut sistem demokrasi merupakan negara yang tidak ideal. Tidak idealnya sistem demokrasi terletak pada kedaulatan yang berada ditangan rakyat.  Rakyat yang tak boleh terkekang, kebebasan rakyat harus dijamin oleh negara, Plato menyatakan bahwa demokrasi ialah sistem yang memuja kebebasan artinya bahwa masyarakat secara bebas menyatakan pendapatnya masin-masing.

Menemukan Pemimpin Daerah yang Memiliki Kebaikan dan Kearifan seperti yang disebutkan Plato merupakan ciri Ideal Demokrasi.  Kebaikan dan Kearifan lebih baik daripada kelihaian dan kharisma. Mereka yang memiliki keunggulan intelektual harus mendorong publik untuk memilih berdasarkan integritas, kebaikan, kearifan, dan sifat tidak mementingkan diri sendiri.  Mirip Mitologi Satria Piningit yang menyebutkan bahwa seorang harus bisa jadi penyelamat yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun