Mohon tunggu...
Devi Astuti
Devi Astuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Palangka Raya

Hobi Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Langkah Bank Sentral dalam Menghadapi Isu Resesi Global 2023

7 Desember 2022   22:22 Diperbarui: 7 Desember 2022   22:29 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam menjaga ketahanan perekonomian Indonesia yang selama ini telah dicapai, sejalan dengan arahan Presiden RI, Gubernur Bank Indonesia menekankan sinergi dan inovasi sebagai kunci untuk menghadapi gejolak global. Ketegangan di berbagai belahan dunia sedang meninggi, dari rivalitas di antara kekuatan besar, suhu kawasan yang meninggi hingga perang di ukraina membuat Bank Indonesia sebagai Bank Sentral melakukan upaya dengan tetap mempertahankan keunggulan perekonomian melalui pemberdayaan UMKM. Dalam menghadapi situasi seperti ini bank Indonesia memiliki beberapa tantangan yang harus dilakukan dalam menghadapi peradaban baru setelah pemulihan dari pandemic covid-19. Pertama bagaimana upaya untuk tetap menjaga perekonomian Indonesia tetap pada kisaran normal pada saat pemulihan ekonomi sedang di upayakan sebaik mungkin dan mendorong perekonomian menjadi lebih kuat dan risilien. Kedua menjalankan perubahan ekonomi dengan keuangan digital nasional yang menjadi cara ampuh selama masa pandemic. Yang ketiga perlunya perubahan inklusi ekonomi dan keuangan terlebih untuk UMKM dan sector pertanian.

Selain itu bank Indonesia juga menyiapkan inisiatif dalam mempercepat transformasi digital bank sentral seperti Bank Sentral Digital 4.0, yaitu lewat kebijakan sistem pembayaran dengan melakukan standarisasi Application Programming Interface (API). Proses ini akan mempercepat kolaborasi antara bank dengan bank dan bank dengan non-bank. Dalam perhelatan G20 yang di adakan di Bali Bank Indonesia membahas tentang bagaimana kerjasama internasional dalam normalisasi kebijakan moneter.

Belum usai dengan pemulihan ekonomi pasca covid-19, sekarang Indonesia sedang dihadapkan dengan resesi global yang membuat Indonesia mau tak mau harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya resesi ini. Dampak pandemic covid-19 terhadap perekonomian nasional dan global ini sangat terasa bagi masyarakat dan badan usaha, sehingga upaya pemulihan ekonomi ini dilakukan dengan mengambil kebijakan fiscal dan moneter yang komperehensif. Belakangan ini ramai mengenai isu resesi tahun 2023 yang menjadi ancaman menyeramkan bagi seluruh Negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia sendiri. Indonesia disebut Negara paling kebal terhadap fenomena resesi global yang akan terjadi di tahun 2023, Hal ini dikarenakan kebijakan yang dibuat di tahun 2021 dan 2022 sudah cukup efektif untuk mengatasi permasalahan resesi di tahun 2023 mendatang.

Dalam agenda Guest Star Lecturer pada mata kuliah kebanksentralan dengan tema "MENGENAL LEBIH DEKAT BANK INDONESIA", Asisten Manajemen Bank Indonesia Arinda Dewi Nur'aini dalam memberikan materi perkuliahan umum pada mahasiswa Universitas Palangka Raya sedikit menyinggung mengenai resesi 2023, dimana bank Indonesia sebelumnya juga ikut berperan dalam menangani krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia. Dimana saat ini resesi 2023 masih menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat, mengingat tahun 2023 hanya tinggal menghitung hari, dalam kondisi seperti ini pasti banyak masyarakat yang merasa panik dan khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehingga masyarakat berbondong-bondong menimbun bahan pokok seperti sembako untuk mencukupi kebutuhannya pada saat resesi terjadi. Pada kondisi seperti ini yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah mencegah kepanikan masyarakat dengan memberi pemahaman tentang bagaimana menyikapi isu yang akan terjadi nantinya dengan memberitahukan kepada masyarakat apa saja yang perlu dipersiapkan jika terjadi resesi, sehingga masyarakat bisa menentukan langkah apa saja yang harus diambil untuk menghadapi resesi ini.-  Demikian disampaikan oleh Asisten Manajemen Bank Indonesia -Arinda Dewi Nur'aini

Selain itu, kebijakan moneter bank Indonesia pada tahun 2023 akan terus difokuskan untuk menjaga stabilitas. Bank Indonesia memfokuskan untuk tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi agar tetap pada sasaran awal sebagai bagian dari langkah pencegahan terhadap dampak resesi global serta memberikan dukungan terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Tidak hanya itu, bank Indonesia juga menerapkan kebijakan pendalaman pasar uang untuk memperkuat pembangunan pasar uang yang modern dan berstandar internasional serta pengembangan keuangan berkelanjutan.

Pada siaran pers bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,3% dan inflasi akan kembali kedalam sasaran 3,01 pada tahun 2023, ini berarti Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan prospek yang baik dalam menghadapi resesi global nantinya. Semakin kuat pertahanan ekonomi saat ini maka akan semakin minim dampak yang terjadi sehingga tidak terlalu sulit untuk memulihkan perekonomian Indonesia kembali.

Kondisi ini bukan pertama kalinya dihadapi oleh Indonesia. Krisis ekonomi pada tahun 1998 menyebabkan lumpuhnya ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup sampai perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Bank sentral sangat berperan penting dalam membantu memulihkan perekonomian di Negara ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi resesi ekonomi ini, mulai dari menetapkan UMKM sebagai roda penggerak perekonomian, melakukan pembatasan produk impor dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar perekonomian Indonesia tidak terlalu terpuruk. Selain pemerintah dan bank Indonesia, IMF juga ikut berperan dalam membantu Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi yaitu dengan memberikan pinjaman dan menstabilkan sector moneter. Tidak hanya berperan dalam membantu krisis ekonomi di Indonesia, IMF juga berperan membantu semua Negara anggotanya dalam mencegah terjadinya krisis ekonomi dengan mendorong Negara-negara tersebut melaksanakan sistem kebijakan ekonomi yang baik.

Harus diakui Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas perekonomian. Secara keseluruhan, Bank Indonesia telah melakukan pelonggaran moneter dengan instrumen pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) sebesar Rp583,5 triliun sejak Januari 2020 hingga 19 Mei. Pada Januari hingga April 2020, Bank Indonesia telah menginjeksi pasar keuangan lewat instrumen pelonggaran kuantitatif sebesar Rp415,8 triliun. Sampai saat ini bank Indonesia masih berupaya menstabilkan perekonomian Indonesia melalui kebijakan-kebijakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun