Mohon tunggu...
Devi Ayu Fitriani
Devi Ayu Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Antara Sains dan Moralitas dalam Perspektif Agama

18 Juni 2021   18:30 Diperbarui: 18 Juni 2021   19:14 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan ilmu pengetahuan (science) telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan khususnya perkembangan teknologi. Namun kemajuan ilmu pengetahuan mengundang proses kemunduran umat manusia, bahkan menghancurkan peradaban. Keadaan ini merupakan akibat dari filosofi barat modern yang melandasi kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmuwan tidak berdaya dengan perilaku mereka. Oleh karena itu, kemajuan ilmu pengetahuan perlu diimbangi dengan akhlak berupa pencarian hubungan antara keduanya. 

Dalam dimensi keilmuan realisasinya melalui proses integrasi dengan agama. Ini bisa dilakukan dengan mengislamkan sains. Dengan cara ini, sains modern menjadi koheren dengan moralitas. Akhlak yang digunakan tidak berdasarkan standar individu, tetapi berdasarkan agama. Sebab, penggunaan standar individu berdampak pada relativitas moral, sedangkan standar agama mengarah pada kepastian moral. 

Islam sudah memiliki konsep yang jelas tentang hubungan antara ilmu dan akhlak yaitu konsep hubungan antara ilmu, amal dan budi pekerti. Jika ketiganya dilakukan dengan benar, selain melahirkan ilmuwan yang bermoral, juga akan terbangun peradaban sejati. Contohnya adalah kasus peradaban Baghdad dan Andalusia, keduanya telah menginspirasi dan mempengaruhi.

Sains dan teknologi adalah dua istilah yang mau tidak mau harus diterima di era milenium ini. Kehadirannya tidak bisa disembunyikan dan dianggap sepele karena keduanya bisa bermanfaat bagi manusia dan juga bisa merugikan manusia itu sendiri. Ini sangat tergantung pada pengguna iptek. 

Untuk menghindari masalah yang tidak manusiawi dan berbahaya, pengguna iptek harus berkolaborasi dengan nilai-nilai moral. Ketiganya tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, karena secanggih apapun peralatan modern dan kecanggihan sistem informasi, jika nilai moral dikesampingkan maka penyalahgunaan dan penyalahgunaan iptek akan berakibat fatal bagi manusia.

Ketika sains dapat berkembang sendiri yaitu dari perkembangan konseptual kontemplatif yang diikuti dengan penerapan konsep ilmiah ke masalah praktis atau dengan kata lain dari konsep ilmiah abstrak yang menjelma dalam bentuk konkret dalam bentuk teknologi, maka konflik antara sains dan moral terus berlanjut. Seperti yang kita ketahui, dalam tahap penerapan konsep sains tidak hanya bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam untuk tujuan pemahaman dan pemahaman, tetapi selanjutnya bertujuan untuk memanipulasi faktor-faktor yang terlibat dalam fenomena tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Bertrand Russel menyebut perkembangan ini sebagai pergeseran pengetahuan dari tahap "kontemplasi ke manipulasi". 

Dalam tahap manipulasi ilmiah, masalah moral kembali muncul. Jika dalam kontemplasi persoalan moral berkaitan dengan metafisika ilmiah, maka pada tahapan memanipulasi persoalan moral terkait dengan bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan atau filosofi, dapat dikatakan bahwa pada tahap pengembangan konsep terdapat permasalahan moral ditinjau dari ontologi ilmiah. sedangkan pada tahap penerapan konseptual terdapat masalah moral yang ada. dalam hal aksiologi ilmiah. 

Aksiologi sendiri merupakan teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Para filsuf agama biasanya menempatkan kebenaran pemikiran manusia di bawah kebenaran transenden. Sebagai penghasil akhlak dan etika, tidak dapat dipungkiri bahwa doktrin agama akan mengarahkan seseorang untuk merefleksikan penemuan atau penciptaan suatu ilmu.

Selain itu seiring dengan perkembangan zaman, paradigma pemikiran manusia berubah, ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat dan tidak dapat dihalangi dan penemuan-penemuan baru ditemukan oleh para ahli, senjata untuk membunuh manusia semakin canggih, teknologi informasi seolah mampu mengungkap semua aib dan rahasia manusia, dunia tanpa batas lagi sehingga semua orang bisa pergi ke negara lain asalkan ada paspor, pergeseran nilai ibarat banjir sehingga kekisruhan jiwa manusia sudah mencapai puncaknya dan kebingunan Orang tua terhadap anak-anaknya semakin menjengkelkan. 

Semua kemungkinan ini disalahkan karena ini adalah era globalisasi, ini adalah era informasi, dan ini adalah era teknologi tinggi. Sebenarnya puncak dari semua itu bukan karena modernitas atau karena kecanggihannya, tetapi semakin jauh manusia dari agamanya maka semakin menjauh dari nilai-nilai moral yang diwarisi oleh ajaran agamanya.

Pada hakikatnya semua ilmu itu datangnya dari Allah SWT dan untuk itu manusia selalu bersyukur dan berserah diri kepada-Nya sebagai pemilik ilmu. Umat Islam telah berhutang budi kepada dunia, khususnya Barat, sejak Abad Pertengahan telah memperkenalkan dunia ke berbagai cabang ilmu pengetahuan. Al-Khawarizmi, Baiquni, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Badjah, Al-Jabeer, Ibn Thufail, adalah para ahli yang telah menyumbangkan ilmunya kepada dunia. Tetapi ketika umat Islam lemah dan non-Muslim mengambil kesempatan untuk menyerang tanah Islam dengan sangat sadis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun