Mohon tunggu...
Devi Novianti Fernanda
Devi Novianti Fernanda Mohon Tunggu... Operator - Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Seorang muslimah yang sedang jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai caranya untuk menebar manfaat, menasihati diri, dan berdakwah. Buku pertamanya yang berjudul "Sayap Hijrah" akan segera terbit. Instagram: @denov_fer. Facebook: Devi Novianti Fernanda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Haruskah Kita Menjadi Orang yang Sibuk?

29 September 2021   17:59 Diperbarui: 29 September 2021   18:05 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com

Menurutmu, punya kesibukan itu menyenangkan tidak, sih? Pastinya setiap orang punya jawaban tersendiri mengenai hal ini. Ada yang memang suka jika banyak kesibukan. Sehingga dia selalu mencari kegiatan-kegiatan untuk membuatnya banyak bergerak. Ada juga yang tidak suka jika terlalu sibuk. Inginnya punya banyak waktu luang dan bisa santai-santai.

Dari kedua hal di atas, mana yang lebih baik kita lakukan? Punya kesibukan itu bagus, tetapi kembali lagi, kesibukan apa dulu, nih? Kalau kesibukan tersebut dalam hal kebaikan atau mubah dilakukan dan bisa menambah poin penting dalam kehidupan, itu akan menjadi kesibukannya yang baik.

Hal-hal baik yang kita lakukan, akan membentuk kita menjadi lebih baik lagi. Apalagi jika hal itu menambah ketaatan kita kepada Allah. Dalam benak, kita ingin memanfaatkan waktu yang kita punya di dunia. Masya Allah.

Paling utama, kita harus menikmati apa yang kita lakukan itu. Supaya kesibukan kita tidak jadi beban. Jangan sampai keluhan membuat kita 'terpaksa' melakukannya. Bukan apa-apa, sayang saja kalau kita sudah merasa lelah melakukan semua kegiatan, tetapi kita tidak mendapat pelajaran berharga karena sibuk mengeluh. 

Nah, kalau kita sudah mulai merasa tertekan melakukannya, coba luruskan lagi niat kita. Juga kita coba cari kembali alasan mengapa di awal kita ingin melakukan hal tersebut.

Atau bisa juga kita coba koreksi, apa yang salah. Apakah kita terlalu memaksakan diri? Atau kita belum bisa me-manage waktu dengan baik? Sesekali kita memang harus evaluasi juga.

Hal yang bahaya jika kita ternyata disibukkan oleh keburukan. Waktu yang kita punya di dunia, lebih banyak dalam melakukan hal yang tidak bermanfaat, bahkan merugikan orang lain. Mungkin bagi kita hal itu menyenangkan, tetapi itu hanya perasaan sesaat dan hanya bertahan di dunia saja. Sedangkan, penyesalan akan menghampiri kita. Bisa saja saat kita masih di dunia, kita terkena dampak dari setiap hal yang kita lakukan. Bisa juga dampak serta penyesalan itu datang ketika di akhirat. Bukankah itu lebih menyeramkan?

Sebab penyesalan di akhirat tidak lagi berarti untuk kita. Tidak ada yang bisa kita perbaiki. Kita hanya akan menanggung setiap hasil dari pilihan-pilihan kita di dunia.

Namun, ada lagi yang cukup mengkhawatirkan, yaitu ketika kita memilih untuk santai-santai dan menjauhi diri dari kesibukan. Bukan apa-apa, sayang tidak, sih, waktunya? Sedangkan, waktu kita di dunia itu terbatas. Terlebih, kita tidak tahu batas waktu kita itu. Mungkin sesekali berdiam untuk istirahat atau berbenah, ada baiknya. Akan tetapi, jika istirahatnya terus-terusan, kapan akan sampai?

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun