Mohon tunggu...
Devi Novianti Fernanda
Devi Novianti Fernanda Mohon Tunggu... Operator - Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Seorang muslimah yang sedang jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Menjadikan tulisan sebagai caranya untuk menebar manfaat, menasihati diri, dan berdakwah. Buku pertamanya yang berjudul "Sayap Hijrah" akan segera terbit. Instagram: @denov_fer. Facebook: Devi Novianti Fernanda

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Manusia Menempati Tempat Air

19 September 2021   15:03 Diperbarui: 19 September 2021   15:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak bisa dipungkiri bahwa air merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh kita sebagai manusia. Hampir semua aktivitas yang kita lakukan membutuhkan air, bahkan tubuh kita pun mengandung unsur air.

Untuk thaharah atau membersihkan diri, kita membutuhkan air. Begitu pula ketika hendak berwudhu. Ingin mencuci pakaian atau piring pun kita butuh air. Bahkan, setelah makan kita biasanya meminum air juga. 

Kebutuhan kita terhadap air, membuat kita kesulitan ketika tidak memilikinya. Ketika kemarau sering sekali orang-orang mengeluh karena tidak memiliki air. Sangat sulit untuk mencari air bersih. Ingin membeli pun ternyata harganya bisa sangat mahal. Maka beruntunglah orang-orang yang tidak kekurangan air di rumahnya.

Namun, di sisi lain, air bisa membuat manusia merasa repot. Ketika volume air sangat tinggi, misalnya di musim hujan, beberapa wilayah sering terkena banjir. Jika terjadi hal seperti ini, apakah air yang salah? Sayangnya air itu adalah makhluk Allah yang bergerak sesuai perintah-Nya. Air tidak memiliki nyawa atau akal seperti manusia.

Ketika air dirasa membuat manusia merasa kesulitan, sebenarnya bukan airnya yang salah, tetapi manusia itu sendiri. Sejak dulu sampai sekarang air tidaklah berubah, manusialah yang nyatanya terus berubah.

Misalnya banjir, disebabkan makin banyaknya pembangunan, penebangan hutan, bahkan orang-orang buang sampah sembarangan. Ketika hujan turun dengan derasnya, air kehilangan tempatnya yang biasa dia singgahi, tempat-tempat yang mungkin kita tutupi oleh bangunan. Atau air itu menguap karena banyak sampah yang menghambat jalannya air.

Tidak lupa juga dengan penebangan pohon secara liar, yang bukan hanya merusak tempat tinggal hewan dan mengurangi stok oksigen untuk kita hirup. Namun, nyatanya membuat air di tanah menjadi sedikit karena tidak bisa diserap pohon.

Bukan hanya itu, banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun, mencemari lingkungan. Banyak limbah yang dibuang ke dalam air, sehingga mengotori sungai dan sumber air lainnya.

Dulu ketika masih kecil, kita masih bisa bermain di sungai karena airnya masih jernih dan banyak. Sedangkan, sekarang? Sungai kering, bahkan jika pun ada airnya, air tersebut keruh atau banyak sampahnya.

Sungguh mengkhawatirkan bukan keadaan saat ini? Kita menyadari bahwa kita sangat membutuhkan air, tetapi kita sebagai manusia malah merusak lingkungan kita sendiri. Apakah muncul pertanyaan dalam diri? Dimana letak rasa syukur kita kepada Allah karena telah mempersembahkan alam yang begitu luar biasa? Sehingga kita bisa tinggal di bumi ini dengan nyaman.

Namun, sadarkah? Bahwa banyak dari kita malah saling menyalahkan. Rakyat menyalahkan pemerintah, begitu pula sebaliknya. Bahkan, menyalakan air serta alam. Seharusnya kita semua saling intropeksi diri. Memperbaiki yang bisa kita perbaiki. 

Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan jika kita mau berubah. Setiap orang bisa membuat perubahan sesuai kadar kemampuannya. Sesuai dengan kapasitasnya. Kita akan mampu jika bekerja sama.

Kalau kita merasa butuh kepada air, salah satu makhluk Allah ini. Seharusnya kita bertingkah laku sebagai orang yang butuh. Kita harus menjaga amanah dari Allah, yang telah memilih manusia sebagai khalifah di negeri ini.

Kita bisa mulai dari hal kecil. Misalnya dengan memanfaatkan air sebaik mungkin, tidak membuang sampah sembarangan, juga dengan menanam pohon.

Masyarakat harus hidup lebih disiplin lagi. Apalagi perihal sampah. Banyak oknum-oknum yang membuang sampah di sungai, ketika banjir datang dia juga ikut kerepotan.

Sebenarnya perubahan itu dimulai dari diri kita, kesadaran kita terhadap lingkungan di sekitar. Jika alam rusak kita juga yang akan terkena imbasnya, tetapi kebanyakan manusia mengabaikan hal tersebut hanya untuk memenuhi hawa nafsu. Untuk memenuhi keinginan yang tidak ada habisnya. 

Jadi, siap untuk mulai berubah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun