Mohon tunggu...
Made Mariana
Made Mariana Mohon Tunggu... -

Seorang Buruh Migran, Murid dari Guru Kehidupan, tinggal di UAE. Penulis buku: Titik-Titik Air di Padang Pasir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama featured

Perayaan Hari Raya Nyepi, Berguru pada Keheningan

9 Maret 2013   12:20 Diperbarui: 25 Maret 2020   15:19 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan yang biasanya ramai jadi Sepi dan lenggang saat Hari Nyepi, sumber: nitasaras.wordpress.com

"Only let the moving waters calm down, and the sun and moon will be reflected on the surface of your being.” Biarkanlah air yang bergerak menjadi tenang, dan mentari dan bulan akan tampak pada wajah kehidupan Anda. (The great Sufi poet Rumi)

***

Siang ini angin berhembus kencang, ia menyapu dan menerbangkan debu halus gurun pasir Rub Al Khali, membuat daerah di sekitar kami tinggal menjadi gelap.

Pandangan terhalang oleh tebalnya debu yang menyelimuti Ruwais Housing complex, suasana seperti ini hanya dijumpai di daerah gurun pasir. Udara di luar rumah pengap membuat saya enggan keluar.

Dari sudut jendela tampak jalanan sepi, tiada satupun kendaraaan yang melintas. Suasana sepi ini mengingatkan saya pada Hari Raya Nyepi, perayaan tahun baru Caka yang diisi dengan melaksanakan empat pantangan yaitu; amati lelunganan (tidak bepergian/diam, diisi pula dengan tidak berbicara ), amati kriya (tidak bekerja), amati lelangunan (tidak mencari kesenangan), amati geni (tidak menyalakan api masak , api nafsu di dalam diri/puasa). Kenapa perayaan tahun baru dilalui dengan melakukan berbagai pantangan?

Badai Debu, sumber:www.khaleejtimes.com
Badai Debu, sumber:www.khaleejtimes.com

Belajar diam (tidak bekerja dan tidak bepergian)
"Çaçiwimba haneng ghata mesi banyu, Ndanasing suci nirmala mesi wulan, Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin, Ring angambeki yoga kiteng sakala" Ibarat melihat bayangan bulan di dalam tempayan yang berisi air bila airnya tenang maka bayangan bulan akan tampak bulat penuh (terjemahan bebasnya dari tembang Totaka).

Sejalan dengan ungkapan Master Sufi Rumi pada awal tulisan ini, leluhur di nusantara mengajarkan pula bahwa hanya pada air yang tenang kita bisa melihat bayangan bulan yang bulat.

Ketenangan (baca: diam) mampu merefleksikan diri kita lebih terang. Sejelas bayangan bulan purnama pada air di dalam tempayan yang tidak bergelombang.

Dalam diam kita bisa melihat diri kita lebih jelas, apa yang telah kita lakukan, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Petinju legendaris kelas berat Muhammad Ali mengatakan, “Silence is golden when you can't think of a good answer", diam adalah emas ketika Anda tidak mampu memikirkan  sebuah jawaban yang baik.

Kemudian tokoh spritual dari negeri Tirai Bambu, Lao Tzu mengatakan, “Silence is a source of Great Strength” diam adalah sebuah sumber dari kekuatan yang besar. Bahkan pelukis ternama Leonardo da Vinci berpendapat bahwa “Nothing strengthens authority so much as silence.” Tidak ada yang memperkuat otoritas sekuat diam. 

Bila diperhatikan dalam kehidupan, seorang pendiam banyak disegani. Diam ketika teman, rekan kerja, dan anggota keluarga sedang berbicara, adalah sebuah bentuk penghargaan.

Diam memungkinkan kita menjadi pendengar yang baik (a good listener), menjadi pendengar yang baik bisa menambah pengetahuan kita, kita bisa mendapatkan banyak informasi. Bila berbicara kita hanya bisa membicarakan sesuatu yang kita tahu, tapi ketika kita menjadi pendengar, kita bisa mendengar yang kita tahu dan yang tidak kita ketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun