Mohon tunggu...
Detty priscilia
Detty priscilia Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Keep spirit :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Kecil Memberi Arti

20 Februari 2020   20:26 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hari 22 Maret 2002 tepat pukul 09:00 aku dilahirkan di sebuah rumah sakit yang berada kota Bandung, aku tak menyangka bahwa aku anak terakhir dari 6 bersaudara. Ibuku memberi nama Detty Priscilia Noor karna nama itu hampir mirip dengan nama ibuku , Menurutnya itu salah satu pembuktian bahwa ibuku sayang kepadaku.

Pada tahun 2006 aku mulai masuk Taman Kanak kanak atau biasa disebut TK, Ibuku mulai menyekolahkan ku di sekolah tersebut karna jaraknya tak jauh dari rumah. Ketika awal masuk ke sekolah tersebut aku itu tipe orangnya pemalu dan sulit sekali untuk berbaur dengan anak anak lain pada umumnya, tapi aku bersyukur dibalik sifat ku yang cenderung pemalu masih ada teman yang selalu menemani.

Disana kami belajar bagaimana cara membaca dengan jelas, berhitung dengan benar, dan bermain bersama.
Pada saat kami belajar menghitung perasaanku sangat senang, karena saat masih kecil, aku selalu dibimbing oleh orangtua untuk pandai menghitung. Aku mulai bisa menghitung karena dirumahku di lantai 2 terdapat tangga yang harus dinaiki di setiap anak tangganya. Ibuku dan Ayahku seperti memfokuskan aku terhadap hitungan yang ada di tangga itu hingga akhirnya aku bisa menghitung dengan cepat.

Esok harinya, guru guru di TK mengumumkan kalau minggu depan akan diadakan lomba membaca, menulis, dan menghitung atau disebut  Calistung. Aku sempat berfikir ke kanak kanakan "Ah tidak mau ikut untuk apa"
Lalu guru yang membimbingku pada saat itu mengajakku untuk ikut lomba tersebut. Sebenarnya tidak ingin, tapi karena guru pembimbingku memberitahu kepada orangtuaku jadi aku terpaksa harus mengikuti perlombaan tersebut. Dan pada saat itu , guruku mendaftarkan aku lomba di bidang menghitung karna aku sadar kelemahanku di hafalan sulit sekali.

Waktu tiba, aku bersama kakak ku sampai ditempat perlombaan pukul 08:00 disana sepi sekali tidak ada siapapun kecuali panitia-panitia yang lalu lalang sibuk mempersiapkan perlombaan itu karna perlombaan itu dimulai pukul 10:00. Aku sempat berbisik kepada kakak: "kok sepi sekali ya tau gini kita datang jam 9 aja ko belum mulai mulai? apa acaranya tidak jadi?" Sambil berfikir ke kanak-kanakan. Saut kakaku: "belum dek sabar dulu, acara tetap jadi, kalau kamu sabar nnti kakak kasih kamu hadiah, apalagi kalau kamu memenangkan perlombaan itu". Mukaku yang datar tak mengharap apapun itu.

Setelah ditunggu tunggu, nama ku tersebut dan aku masuk ke ruangan perlombaan karena sistem perlombaan tersebut perorangan bukan per kategori grup pada umumnya. Disitu aku merasa biasa aja, tidak ada sedikit pun rasa gugup saat mengerjakan soal soal itu. Rasa kalem dan santai seperti tidak ada beban. Setelah mengerjakan soal soal yang panitia berikan aku langsung keluar ruangan, setelah mengerjakan soal itu rasanya ingin  sekali untik pulang, dalam benak tak ada rasa ingin menunggu hasil pengumuman pemenang perlombaan itu. Karna fikirku saat itu masih polos dan tidak mengerti apa itu perlombaan.

Matahari redup, awan mulai gelap dan sore hari telah tiba. Pengumuman hasil pemenang lomba. Muka ku masih tetap biasa saja tak ada ekspresi sama sekali, santai dan tak peduli. Aku sempat berbicara kepada kakak ku berkali kali utk mengajak kakak ku untuk pulang sampai ia pun capek melihat ketidaksabaran ku untuk meminta pulang ditempat perlombaan tersebut. Saat juri mengumumkan hasil pemenang lomba dalam kategori "Menghitung" nama ku disebutkan oleh Juri dan dinobatkan sebagai Juara 1 kategori menghitung. Wajahku yang polos tak tau apa apa,  aku merasa tidak percaya bahwa aku bisa memenangkan lomba tersebut dan membuat kakak ku terharu hingga akhirnya menangis karena mungkin yang dirasa ia sangat bangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun