Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tanpa Proteksi Diri, Pikir-pikir Kembali untuk Berlibur

18 Januari 2017   23:50 Diperbarui: 19 Januari 2017   00:08 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
radical time in paradise/ dethazyo

Tragedi terbakarnya kapal penumpang Zahro Express saat menuju pulau Tidur (1/1/17), sungguh sedikit menciderai nuansa liburan awal tahun. 200 penumpang yang sejati ingin bersenang-senang malah dilingkupi oleh duka yang mendalam, terlebih jika mendengar langsung data yang di rilis resmi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mencatat, ada 24 orang meninggal dunia, serta sebagian penumpang lainnya luka-luka dan adapula yang selamat. 

Saya pun yang memilih berlibur bersama rekan-rekan kantor ke kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Pari, sedikit akan bercerita terkait antusiasnya orang-orang yang ingin liburan awal tahun/ Pagi itu (31/12/16), sekiranya waktu menunjukkan pukul 5 subuh, saya telah bersiap-siap berangkat menuju pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara. Suasana jalan jakarta pun agak lengang hingga tak sampai 15 menit, mobil yang dikendarai dari Mampang Prapatan (Jakarta Selatan) telah keluar di Tol Pluit. Rasanya, jalanan saat itu sepi-sepi saja hingga sampailah pada kemacetan panjang kala memasuki wilayah Muara Angke.

Asumsi awal, kemungkinan macetnya jalanan dikarenakan banyak pedagang  yang menjajahkan hasil laut menggelar lapak tepat dipersimpangan jalan, namun asumsi tersebut kurang tepat, terlebih karena banyak yang melalui jalan tersebut, sama-sama ingin melaju menuju pelabuhan, guna cepat-cepat berlibur menuju pulau, tempat dimana orang-orang ingin menjadi saksi dari moment pergantian tahun.

ramainya orang menunggu kapal di kali adem/ dethazyo
ramainya orang menunggu kapal di kali adem/ dethazyo
Sesampainya di Kali Adem, mata pun dibuat lelah memandangi banyaknya orang-orang yang antusias ingin berlibur, baik ke pulau Harapan, Tidung, Pramuka dan Pulau Pari. Ada yang cuma berdua, adapula yang membawa serta keluarga. Saat itu melewati gerbang pemeriksaan tiket, hati pun terkejut saat orang-orang mulai memaksa diri untuk langsung naik ke kapal. Bahkan sebelum kapal melakukan bongkar barang, beberapa sudah mulai naik ke kapal dengan memanjat, hal tersebut membuat orang-orang lainnya ikut-ikutan, takut tak mendapatkan tempat duduk diatas kapal. Tak pelak hal itu menarik perhatian aparat yang berwenang untuk segera menghalau hal tersebut. Namun tak begitu berhasil mengingat orang-orang sudah memenuhi kapal.

penumpang membludak/ dethazyo
penumpang membludak/ dethazyo
Maka saya tak heran, ketika ada kejadian kapal penumpang terbakar, ketersediaan pelampung yang tersedia tak mampu menutupi jumlah penumpang, karena banyak orang yang tak tercatat dalam manifest, yang saat itu mencatat mengangkut 100 penumpang saja. Semisal kapal yang saya tumpangi (namanya kapalnya lupa), sangking penuhnya kapal, saya dan puluhan lainnya sampai-sampai harus duduk diluar kapal dikarenakan didalam kapal sudah tak memungkinkan untuk diisi.

sampai duduk diluar kapal/ dethazyo
sampai duduk diluar kapal/ dethazyo
Tentu, dari kejadian tersebut saya sangat menyayangkan hal itu bisa terjadi. Entah karena kita yang masih sukar menerima budaya ngantri ataupun pihak pelabuhan yang kurang respon akan tingginya arus liburan ke Pulau Seribu. Saya melihat kejadian ini hampir mirip dengan kepadatan arus mudik di pintu keluar Tol Brebes beberapa waktu lalu. Langkah antisipasi yang kurang oleh empunya kebijakkan menjadikan hal yang tak diinginkan justru terjadi.

Terlepas dari itu semua, saya pun merasa liburan ke Pulau Pari cukup menyenangkan. Meski sedikit dibalut oleh ketidaknyamanan diawal. Seperti lagu yang di reka oleh J-Flow yang berjudul Harapan ‘Hidup terkadang memang penuh masalah/ Tapi tidak berarti kau menyerah kalah/ Di balik setiap awan ada mentari/ Tinggalkan segala beban dan mulai menari.’ Selamat tahun baru 2017, semua...

Membentengi Diri dengan FWD Life

menaklukkan sungai amandit dengan rakit bambu/ dethazyo
menaklukkan sungai amandit dengan rakit bambu/ dethazyo
Berkaca dari tragedi diatas, sebelum memulai perjalanan ada baiknya membekali diri dahulu dengan asuransi jiwa yang mampu memberikan proteksi terhadap resiko kecelakaan. Sekalipun tak menginginkan adanya resiko, semisal yang paling buruk kematian, siapa coba yang bisa mengetahui kapan pastinya ajal menjemput?

Tak harus dengan memilih asuransi yang langsung memproteksi setahun penuh, karena kini ada asuransi FWD Life Bebas Aksi, yang sesuai namanya ‘bebas’ yang memberikan Anda kebebasan memilih fitur asuransi dengan jangka waktu 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, hingga setahun penuh, masing-masing dengan nama Bebas Aksi Flash 1 Minggu, Bebas Aksi Flash 1 Bulan, Bebas Aksi Flash 3 Bulan, dan Bebas Aksi 1 tahun penuh.

Jika Anda masih berpikir mendaftarkan diri ke asuransi mahal, maka coba hitung jumlah hari Anda berlibur. Kalau hanya 3 hari maka Anda bisa memilih asuransi yang hanya memproteksi diri selama 1 minggu saja dengan premi mulai dari Rp. 30.000, dan kalaupun mencapai berbulan-bulan Anda bisa menggunakan FWD Life Bebas Aksi yang sesuai dengan kebutuhan liburan Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun